Mengenali Sebuah Tradisi Kuno Gereja di Awal Juli
Dalam tradisi Gereja, setiap bulan memiliki tema-tema devosinya masing-masing. Bulan Lalu bagaimana dengan bulan Juli? Ternyata ada sebuah tradisi kuno Gereja yang dirayakan.
Dalam tradisi Gereja, bulan Juni yang baru saja kita lalui didedikasikan seluruhnya untuk menghormati Hati Kudus Yesus. Untuk memahaminya, silakan lihat Blog Peziarah Katolik berikut ini ya..
Lalu bagaimana dengan bulan Juli yang sedang kita jalani ini?
Ternyata bulan Juli dipersembahkan bagi Darah Berharga Yesus lho, Sobat Peziarah!
Inilah salah satu devosi khusus dalam Gereja Katolik yang berhubungan dengan Sengsara Yesus Kristus, yakni penghormatan Darah Berharga-Nya. Melalui devosi ini, kita memberikan penghormatan dan pengakuan atas pengorbanan Yesus dan bagaimana Ia menumpahkan darah-Nya demi keselamatan umat manusia.
Selanjutnya, Darah Yesus ini dipersembahkan melalui karunia Ekaristi yang kemudian kita santap bersama dengan Tubuh Kristus, dalam rupa roti dan anggur.
Seiring waktu Gereja mengembangkan berbagai pesta Darah Berharga, tetapi baru pada abad ke-19 sebuah pesta universal didirikan.
Bagaimana ceritanya dan adakah tradisi Gereja yang dirayakan? Mari kita simak Blog Peziarah berikut ini..
1. Bulan Juli sebagai Bulan Darah Berharga Yesus
Selama Perang Kemerdekaan Italia Pertama pada tahun 1849, Paus Pius IX diasingkan ke Gaeta. Dia pergi ke sana bersama Don Giovanni Merlini, Superior Jenderal ketiga dari Para Imam dari Darah Paling Berharga (Fathers of the Most Precious Blood).
Sementara perang masih berkecamuk, Merlini menyarankan kepada Paus Pius IX agar ia membuat pesta universal untuk Darah Berharga untuk memohon bantuan surgawi untuk mengakhiri perang dan membawa perdamaian ke Roma. Paus Pius IX kemudian membuat pernyataan pada 30 Juni 1849 bahwa ia bermaksud untuk membuat pesta untuk menghormati Darah Berharga. Perang segera berakhir dan dia kembali ke Roma tidak lama kemudian.
Pada tanggal 10 Agustus ia meresmikannya dan menyatakan bahwa hari Minggu pertama di bulan Juli akan didedikasikan untuk Darah Yesus Kristus yang Berharga. Belakangan, Paus Pius X menetapkan 1 Juli sebagai tanggal tetap perayaan ini. Ketika itu, dalam kalender liturgi Gereja, baru terdapat Pesta Tubuh Kristus (Corpus Christi).
Untuk alasan ini seluruh bulan Juli secara tradisional didedikasikan untuk Darah Berharga, dan umat Katolik didorong untuk merenungkan pengorbanan Yesus yang mendalam dan pencurahan darah-Nya bagi umat manusia.
2. Dihapus dari Kalender Liturgi, Tapi Tetap Dapat Dirayakan
Setelah Konsili Vatikan II memang pesta ini dihapus dari kalender liturgi dan perayaannya digabungkan dengan perayaan Corpus Christi menjadi Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Meskipun demikian, Misa votiv untuk menghormati Darah Berharga tetap dapat dirayakan di bulan Juli (dan juga sebagian besar bulan lainnya dalam setahun).
3. Tradisi Kuno di Yerusalem
![]() |
Basilika Penderitaan di luar tembok Yerusalem yang di dalamnya terdapat Batu Penderitaan, tepat di bawah altar Basilikatempat Yesus dahulu berdoa dan meneteskan DarahNya di Taman Getsemani. |
Salah satu tempat yang mempertahankan Perayaan Ekaristi untuk Darah Berharga Yesus adalah Basilika Penderitaan Yesus (Basilica of the Agony in Gethsemane), tepat di luar tembok Yerusalem. Di basilika ini, setiap 1 Juli akan dirayakan Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan khusus bagi Darah Berharga Yesus.
4. Cara Istimewa Basilika Penderitaan Yesus Merayakan Tradisi Kuno
Dalam Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan khusus bagi Darah Berharga Yesus setiap 1 Juli di Basilika Penderitaan Yesus, tepat di luar tembok Yerusalem terdapat suatu cara yang istimewa dalam memberikan penghormatan bagi Darah Berharga Yesus.
Pertama, pada pembukaan Misa, perayaan dimulai dengan menaburkan kelopak mawar merah di atas batu yang ada di bawah altar Basilika. Batu ini dikenal dengan "Batu Penderitaan". Batu ini dipercaya sebagai batu tempat dahulu Yesus berdoa di Taman Getsemani. Melalui gerakan ini, umat diajak untuk mengenang penderitaan dan Darah Yesus yang Berharga yang tertumpah ketika ia berdoa di batu tersebut usai Perjamuan Terakhir bersama para RasulNya.
Kedua, di akhir perayaan, sesuai tradisi, para religius dan beberapa umat beriman beriman yang hadir akan mengumpulkan kelopak mawar merah dari Batu Penderitaan. Tindakan ini menjadi suatu isyarat kecil untuk membawa pulang kenangan atas perayaan tersebut.
Nah Sobat Peziarah, itu dia sebuah tradisi kuno yang dimiliki Gereja kita di awal Juli. Memang Gereja kita begitu kaya akan tradisi yang begitu indah. Jadi, ayo mencintai keindahan dan kekayaan Gereja Katolik, Sobat Peziarah!
Semoga Blog Peziarah Katolik kali ini dapat bermanfaat untuk Sobat Peziarah ya, khususnya agar kita semakin mencintai Yesus yang telah mengorbankan DarahNya yang begitu berharga bagi kita manusia! Dan, semoga Blog Peziarah kali ini dapat membantu Sobat Peziarah untuk mencintai keindahan dan kekayaan Gereja kita yang satu, kudus, katolik, dan apostolik ya!
(wlt)
Comments
Post a Comment