Ketika Serikat Jesus Dibubarkan Paus... #FaktaUnikKatolik

Emang iya Serikat Jesus dibubarkan Paus? Apakah ini hoax murahan? Yuk telusuri dulu #FaktaUnikKatolik ini dalam Blog Peziarah terbaru...




1. Benar, Serikat Jesus Pernah Dibubarkan Paus! Bukan Hoax, Bukan Fitnah!

Jadi ini bukan hoax atau fitnah ya Sobat Peziarah. Ini adalah fakta dalam sejarah Gereja Katolik. 

Kejadian ini terjadi pada tanggal 21 Juli, hampir 2,5 abad yang lalu, yakni pada tahun 1773. Artinya lebih dari 2 abad, atau persisnya 233 tahun, setelah perdirian Serikat Jesus oleh St. Ignatius Loyola, St. Fransiskus Xaverius, St. Petrus Faber, dan kawan-kawan, Serikat Jesus kemudian dibubarkan.


2. Siapakah Paus yang Membubarkan Serikat Jesus

Sosok Paus yang membubarkan Serikat Jesus pada 1773 adalah Paus Klemens XIV. Tindakan pembubaran ini dilakukan oleh beliau melalui Breve Dominus ac Redemptor.

Paus Klemens XIV


3. Sebab Pembubaran

Breve Dominus ac Redemptor dari Paus Klemens XIV

Yang perlu digaris bawahi dalam hal ini adalah tidak ada sebab tunggal yang menyebabkan pembubaran Serikat Jesus. Konteks dinamika situasi di masa itu yang satu sama lain saling berkaitanlah yang pada akhirnya menyebabkan Paus Klemens XIV mengambil tindakan pembubaran Serikat Jesus. 

Dampak dari lahir dan berkembangnya era Renaissance yang menekankan anthroposentris, artinya manusia --bukan ajaran dan otoritas Gereja yang menjadi pusat segalanya; fenomena lahirnya gerakan Protestantisme yang memicu pembelahan Eropa, memicu dinamika politik antara wangsa Habsburg dan Bourbon; serta situasi pasca Reformasi yang juga berdampak pada relasi Gereja-Negara ketika itu, menjadi beberapa faktor yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain yang menyebabkan situasi semakin rumit di kala itu.

Selain hal-hal di atas, merujuk pada tulisan Romo Fl. Hasto Rosariyanto berjudul "Makna Pembubaran dan Restorasi Serikat Jesus", situasi di atas semakin diperparah dengan adanya 3 (tiga) situasi karya perutusan Jesuit di beberapa tempat, misalnya di Asia, Amerika, dan Eropa.


4. Situasi Karya Perutusan Jesuit di Asia

Berkembangnya ilmu pengetahuan yang menghadirkan alat navigasi, keyakinan akan bumi bulat, dan kebutuhan akan rempah-rempah akhirnya mendorong negara-negara Eropa, termasuk Spanyol dan Portugal, yang adalah kerajaan-kerajaan besar ketika itu, untuk melakukan ekspansi wilayah ke wilayah-wilayah baru di dunia, di antaranya Asia dan Amerika. Upaya ekspansi yang dilakukan juga memberikan tempat bagi karya misi Gereja.

Dalam perkembangannya, pendekatan misi yang dikembangkan para misionaris Jesuit di Cina, Jepang, dan India, yang menerapkan pendekatan akomodasi budaya, menimbulkan kontroversi yang serius karena dinilai tidak sesuai dengan iman Katolik, bahkan ada yang mengatakan bahwa para Jesuit menggadaikan iman demi baptis, khususnya dalam hal-hal yang bersentuhan dengan ritus (inkulturasi). 

Situasi ini pada akhirnya mengundang Tahta Suci untuk turun tangan dan menengahi kontroversi ini. Akhirnya pada 1704, Paus Klemens XI melarang pendekatan Jesuit yang ditegaskan kembali pada 19 Maret 1715 oleh beliau, dan oleh Paus Benediktus XIV pada 1742. Situasi semakin rumit karena larangan ini justru mengundang kemarahan dari pihak kekaisaran.


5. Dinamika Karya Perutusan Jesuit di Amerika

Seperti dikatakan sebelumnya, negara-negara Eropa, khususnya Portugal dan Spanyol berupaya melakukan ekspansi wilayah mereka sekaligus memberi tempat bagi karya misi Gereja. Selain Asia, Amerika menjadi salah satu wilayah tersebut. 

Pada praktiknya di wilayah Amerika, para misionaris, termasuk para Jesuit memfokuskan diri pada 3 (tiga) bidang karya, yakni kolese (pendidikan), puebblos (masuknya para misionaris ke dalam perkampungan yang telah ditaklukkan conquistadores untuk melayani masyarakat), dan reduccion (memindahkan penduduk asli ke perkampungan yang dibangun para misionaris untuk hidup bersama dan diajarkan keterampilan dan pendidikan). Karya reduccion pada akhirnya memicu kontroversi: perlawanan dari penduduk asli, tapi dalam perkembangannya penduduk asli yang tumbuh di perkampungan kemudian dekat, bahkan taat kepada para Jesuit, yang justru menimbulkan konflik baru dengan pihak penguasa. 

Peliknya relasi penduduk asli-Jesuit-penguasa ini pada akhirnya memperuncing masalah, bahkan memicu pemberontakan di masyarakat dan konflik di internal Jesuit karena ada beberapa Jesuit yang tidak mematuhi anjuran Pater Jenderal untuk taat pada penguasa. Pada akhirnya memang penduduk asli kalah dari penguasa dan Jesuit kemudian diusir dari wilayah ini.


6. Didahului dengan Penekanan-Penekanan

Sebelum resmi dibubarkan pada 1773, Serikat Jesus telah mendapatkan begitu banyak penekanan dari penguasa-penguasa pada masa itu. Ironisnya, perlawanan dan tekanan terhadap para Jesuit justru hadir dari para penguasa yang selama ini dilayani oleh para Jesuit. 

Selain itu, dinamika relasi Gereja dan Negara yang menjadikan Paus sebagai salah satu tokoh sentral dan berpengaruh turut berkontribusi pada meningkatnya kecemburuan dan kecurigaan atas faktor kedekatan para Jesuit dengan Paus terkait kekuasaannya dalam urusan agama dan politik negara-negara merdeka. 

Situasi tersebut semakin memuncak karena para penguasa yang berusaha untuk memusatkan dan sekularisasi kekuasaan politik memandang Yesuit sebagai kelompok supranasional, yang terlalu kuat bersekutu dengan kepausan, dan terlalu otonom dari raja di wilayah yang mereka beroperasi.

Berbagai tekanan akhirnya diterima oleh para Jesuit di berbagai negara hingga akhirnya Jesuit kemudian secara berurutan diusir dari Kerajaan Portugis (1759), Prancis (1764), Sisilia, Malta, Parma, Kerajaan Spanyol (1767), serta Austria dan Hongaria (1782).

Puncaknya tentu pembubaran Serikat Jesus oleh Paus Klemens XIV pada 21 Juli 1773.


7. Kecuali di Rusia

Uniknya, tidak di semua negara Jesuit mendapatkan tekanan dan pembubaran. Di Kekaisaran Rusia, Catherine yang Agung, Tsarina (sebutan untuk kaisar perempuan dalam Kekaisaran Rusia), menolak untuk mengizinkan dokumen kepausan tentang penindasan didistribusikan dan bahkan secara terbuka membela para Yesuit dari pembubaran, dan kelompok Yesuit di Belarus mendapatkan perlindungannya. 

Tsarina Catherine Yang Agung dari Kekaisaran Rusia

Berkat kebijakan ini, maka Yesuit di Rusia tetap dapat menahbiskan imam, mengoperasikan sekolah, dan membuka novisiat dan tertiat. Pengganti Catherine, Paul I, berhasil meminta Paus Pius VII pada tahun 1801 untuk persetujuan resmi dari karya Yesuit di Rusia. 

Serikat Jesus, yang sebelumnya dipimpin oleh Gabriel Gruber dan setelah kematiannya oleh Tadeusz Brzozowski, terus berkembang di Rusia. Di bawah kepemimpinan Alexander I, Serikat Jesus juga menambahkan misi dan sekolah di Astrakhan, Moskow, Riga, Saratov, dan St. Petersburg dan di seluruh Kaukasus dan Siberia. Banyak mantan Yesuit di seluruh Eropa pergi ke Rusia untuk bergabung.

Menariknya, di kemudian hari, Alexander I kemudian menarik perlindungannya bagi para Yesuit pada tahun 1812, tetapi dengan pemulihan Serikat pada 1814, hal itu hanya memiliki efek sementara pada Serikat Jesus. Alexander I akhirnya mengusir semua Yesuit dari Kekaisaran Rusia pada Maret 1820.


8. Direstorasi Kembali

Bertahun-tahun sejak 1773 perubahan iklim politik pun terjadi secara berangsur-angsur di Eropa. Raja-raja yang kuat yang sebelumnya telah menyerukan penindasan Serikat Jesus tidak lagi berkuasa. Hal ini kemudian bermuara pada momentum ketika Paus Pius VII mengeluarkan perintah untuk memulihkan Serikat Yesus di negara-negara Katolik Eropa.

Paus Pius VII

Romo R. Sani Wibowo, SJ., dalam tulisannya "Kelahiran Kembali Serikat Yesus" dengan indah melukiskan bagaimana momen seremoni kelahiran kembali Serikat Jesus. Peristiwa itu terjadi pada 7 Agustus 1814. Diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dirayakan oleh Paus Pius VII di altar Santo Ignatius di Gereja Gesu yang menjadi pusat Serikat Jesus hingga hari ini. Usai Perayaan Ekaristi, di dalam Kapel Sodality of Nobles, yang masih termasuk kompleks kuria, dan di hadapan para kardinal, bangsawan, dan sekitar 150 anggota Serikat Jesus, Mgr. Cristaldi dengan lantang membacakan Bulla Solicitudo Omnium Ecclesiarum yang menandai kelahiran kembali Serikat Jesus.

Perlu dicatat pula bahwa sebelum Bulla Solicitudo Omnium Ecclesiarum terdapat pula dokumen Catholicae Fidei yang dipromulgasikan pada 7 Maret 1801, yang secara resmi mengakui keberadaan Serikat Jesus di Rusia dengan anggota sekitar 200 orang. Setelah dokumen ini, muncul gelombang permintaan untuk bergabung dengan Serikat Jesus di Rusia. Paus pun akhirnya mengabulkan berbagai permintaan yang datang dari Swiss, Belgia, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat.

Eh, bicara soal Paus Pius VII, beliau ini ada kaitannya lho dengan perkembangan Misi Gereja Katolik di Indonesia! Selengkapnya bisa dilihat di Blog Peziarah berikut ini ya:

Selain itu, beliau juga adalah Paus yang mendorong hadirnya Bulan Maria dalam tradisi Gereja Katolik lho! Keren yaaa...



Yak, Sobat Peziarah sekalian demikianlah #FaktaUnikKatolik tentang fenomena dibubarkannya Serikat Jesus oleh Paus pada 1773 dan kemudian direstorasi kembali. 

Meminjam ungkapan Romo Fl. Hasto Rosariyanto dalam tulisannya, peristiwa pembubaran Serikat Jesus ini sepertinya menjadi sebuah peristiwa yang penuh dengan ironi, amat kontradiktoris

Ironi pertama, dorongan pengusiran, penekanan, dan pembubaran Jesuit justru hadir dari mereka-mereka yang selama ini dilayani oleh para Jesuit, baik sebagai penasihat raja, bapa pengakuan kaum bangsawan, dan sebagainya. 

Ironi kedua, Jesuit yang lahir pada era pasca Reformasi dan menjadi kekuatan kontra-Reformasi, seolah menjadi terkorbankan dari dampak realitas pasca Reformasi. 

Ironi ketiga, Jesuit yang terkenal dengan karya pendidikannya justru kemudian ditantang dan dimusuhi oleh para alumninya. 

Ironi keempat, Jesuit yang dikenal dengan semangat misionernya justru dipertanyakan, dibubarkan karena pendekatan bermisinya. 

Ironi terakhir, Jesuit justru terselamatkan, dapat diterima, dibiarkan, dan bahkan diperjuangkan oleh penguasa yang ketika itu tidak berada di bawah kuasa Paus, yakni Rusia.

Apapun itu Sobat Peziarah, menziarahi fenomena pembubaran dan restorasi Serikat Jesus perlu pula disertai dengan rasa syukur sebab 18 tahun, atau tak sampai dua dekade pasca restorasi Serikat Jesus, hadirlah 2 (dua) orang Jesuit pertama ke Indonesia, yakni Pater Elzen, SJ dan Pater Palinckx, SJ. 


Di kemudian hari pula akhirnya kita menyaksikan besarnya pengaruh karya Jesuit bagi Gereja dan bangsa Indonesia di berbagai dimensi kehidupan masyarakat hingga hari ini.

Ingin mengenal lebih dekat dan melihat perkembangan Jesuit Indonesia? Simak YouTube Peziarah Katolik Episode "JESUIT INSIDE" bersama dengan RP. Benedictus Hari Juliawan, SJ., Provinsial Serikat Jesus Indonesia.






Ad Maiorem Dei Gloriam!
Amrih Mulya Dalem Gusti!




Referensi:

1. Makna Pembubaran dan Restorasi Serikat Jesus, Fl. Hasto Rosariyanto, SJ

2. Kelahiran Kembali Serikat Jesus, R. Sani Wibowo

3. https://www.newadvent.org/cathen/14096a.htm

4.https://www.ucanews.com/news/why-were-the-jesuits-suppressed/68845

(wlt)

Comments

Popular posts from this blog

Misteri 153 Ikan dalam Penampakan Yesus

Ternyata Ini Lho 7 Hal di Balik Hari Komunikasi Sedunia oleh Gereja!

Mengenal Pesta Stigmata St. Fransiskus Asisi yang Dirayakan Hari Ini