8 Mei, Tanggal Penting Bagi Gereja Indonesia, Kenapa Ya?

Setiap tanggal 8 Mei sudah sepatutnya kita, Gereja Indonesia bersukacita menyambutnya dan mensyukurinya. Pertanyaannya, mengapa?

Nah, Blog Peziarah kali ini akan mengulas alasan mendasar di balik hal tersebut...




Bulan Mei selalu diasosiasikan dengan Bulan Maria. Tapi bagi Gereja Indonesia, bulan Mei juga menjadi bulan yang spesial pula. Tanggal ini bersejarah bagi Gereja Indonesia secara umum, maupun secara khusus bagi Keuskupan Agung Jakarta.

Mungkin sebagian dari kita mulai menebak-nebak ada apa di balik tanggal 8 Mei tersebut.

Nah, mari kita mulai ulasannya.


Tanggal 8 Mei, Tonggak Bersejarah Gereja Indonesia

Jika bicara tentang tanggal bersejarah bagi Gereja Indonesia, kebanyakan dari kita mungkin langsung teringat dengan tanggal 3 Januari 1961. Tanggal tersebut adalah tanggal dikeluarkannya Dekrit "Quod Christus Adorandus" oleh Paus St. Yohanes XXIII yang meresmikan Hierarki Gereja Indonesia.

Lalu bagaimana dengan tanggal 8 Mei?

Tanggal 8 Mei adalah tanggal penting yang menjadi penanda bagi beberapa hal. Pertama, tanggal ini menjadi penanda tonggak misi yang "serius" di wilayah Nusantara dan wilayah-wilayah lain di sekitarnya yang berkembang hingga hari ini. Kedua, tanggal ini juga menjadi penanda bagi kebebasan bagi misi Gereja Katolik untuk melaksanakan karya misinya yang sebelumnya dilarang keras dan bahkan ada beberapa yang mendapat hukuman, termasuk hukuman mati. Ketiga, tanggal ini menjadi tanggal bersejarah bagi titik awal hadirnya Gereja Keuskupan Agung Jakarta dengan Gereja Indonesia.

Lalu apa yang terjadi sebenarnya di tanggal 8 Mei ini?

Untuk mengetahuinya, kita perlu menjelajah kembali ke dua abad lalu, yakni tepatnya pada 8 Mei 1807. Pada tanggal tersebut, Paus Pius VII mendirikan Prefektur Apostolik Batavia, kini Keuskupan Agung Jakarta, dan memisahkannya wilayah misi ini dari Prefektur Apostolik Kepulauan di Samudera Hindia yang kini adalah Keuskupan Saint-Denis de La Réunion yang berada di sebuah pulau kecil dekat Pulau Madagaskar, dekat Afrika



Oleh karena itu, baik pula jika kita dalam kesempatan ini ikut mengucapkan:

Selamat Ulang Tahun bagi Keuskupan Agung Jakarta!


Tanggal 8 Mei: Tonggak Penting Penuh Tanggung Jawab

Tentunya pembentukan wilayah misi ini adalah sesuatu yang patut disyukuri, bahkan hingga hari ini, tetapi di samping itu, pembentukan wilayah misi ini memberikan amanah yang tidak mudah, yakni untuk menangani umat Katolik yang tersebar di wilayah Prefektur Apostolik Batavia, yang ketika itu luasnya tidak hanya seluas Indonesia saat ini, tetapi lebih luas lagi dari luas Indonesia. Mengapa demikian? Hal ini akan terjawab ketika kita melihat bagaimana perkembangan Prefektur Apostolik Batavia selanjutnya.

Dengan luas wilayah pastoralnya yang se-Indonesia bahkan lebih itu, maka pusat pastoral ada di Batavia (sekarang Jakarta), dan wilayah-wilayah lain ketika itu masih ibaratnya sebagai stasi-stasi kecil yang perlahan-lahan menjadi paroki, bahkan ada yang jadi vikariat apostolik, lalu keuskupan atau keuskupan agung.



Bayangin gimana berat dan capeknya berpastoral dengan wilayah seluas itu dengan tenaga dan sumber daya yang tentunya terbatas ketika itu! 

Nah, tanggal 8 Mei 1807 itu juga menjadi sejarah penting bagi Gereja Indonesia karena bersamaan dengan itu Misi Gereja di Indonesia, yang sebelumnya tidak terlayani dengan baik, bahkan ditekan, dipersekusi, akhirnya bisa dimulai dan dilayani.


Tanggal 8 Mei 1807 dan Buah-Buahnya

Telah dikatakan di atas bahwa tanggal 8 Mei 1807 tidak hanya bermakna penting bagi Gereja Keuskupan Agung Jakarta, tetapi juga bagi Gereja Indonesia, bahkan Gereja di wilayah sekitarnya. Juga telah dikatakan pula di atas bahwa wilayah Prefektur Apostolik Batavia, yang ketika itu luasnya tidak hanya seluas Indonesia saat ini, tetapi lebih luas lagi dari luas Indonesia.

Maksudnya bagaimana?

Dan, apa hubungan pentingnya Prefektur Apostolik Batavia itu dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia dan sekitarnya?

Nah, dalam perkembangannya Prefektur Apostolik Batavia yang didirikan pada 8 Mei 1807, dan kemudian menjadi Vikariat Apostolik Batavia pada 3 April 1842, lalu kemudian menjadi Keuskupan Agung Jakarta, kemudian melahirkan berbagai wilayah Gerejawi baru tidak hanya untuk Gereja Indonesia, tetapi juga di wilayah negara tetangga kita.



Apa saja?

Mari kita lihat satu per satu wilayah-wilayah yang dikembangkan dari Prefektur Apostolik Batavia:


1. Prefektur Apostolik Labuan e Borneo pada 4 September 1855 yang kini adalah Keuskupan Agung Kota Kinabalu

Dari wilayah ini kemudian lahir Prefektur Apostolik Sarawak pada 5 Februari 1927 (kini Keuskupan Agung Kuching), Keuskupan Keningau pada 17 Desember 1992, dan Keuskupan Sandakan pada 16 Juli 2007. 

Dari Keuskupan Agung Kuching, lahirlah Vikariat Apostolik Miri pada 31 Mei 1976 (kini Keuskupan Miri) dan Keuskupan Sibu pada 22 Desember 1986. 

Dari Keuskupan Miri, lahirlah Prefektur Apostolik Brunei pada 21 November 1997 (kini Vikariat Apostolik Brunei).


2. Prefektur Apostolik Dutch New Guinea (Nuova Guinea Olandese) pada 22 Desember 1902, kini Keuskupan Amboina. 

Dari wilayah itu kemudian lahirlah Prefektur Apostolik Hollandia pada 12 Mei 1949 (kini Keuskupan Jayapura) dan Vikariat Apostolik Merauke pada 24 Juni 1950 (kini Keuskupan Agung Merauke). 

Dari Keuskupan Jayapura kemudian lahirlah Prefektur Apostolik Manokwari pada 19 Desember 1959 (kini Keuskupan Manokwari-Sorong) dan Keuskupan Timika pada 19 Desember 2003;

Sedangkan dari Keuskupan Agung Merauke, lahirlah Keuskupan Agats-Asmat pada 29 Mei 1969.


3. Prefektur Apostolik Dutch Borneo (Borneo Olandese) pada 11 Februari 1905, kini Keuskupan Agung Pontianak.

Dari wilayah ini kemudian dimekarkanlah (1) Vikariat Apostolik Dutch Borneo (Borneo Olandese) pada 21 Mei 1938 yang kini menjadi Keuskupan Banjarmasin; (2) Prefektur Apostolik Sintang pada 11 Maret 1948 yang kini menjadi Keuskupan Sintang; (3) Prefektur Apostolik Ketapang pada 14 Juni 1954 yang kini menjadi Keuskupan Ketapang; (4) Prefektur Apostolik Sekadau pada 9 April 1968 yang kini menjadi Keuskupan Sanggau.

Dari wilayah Vikariat Apostolik Dutch Borneo (Borneo Olandese) kemudian lahir (1) Vikariat Apostolik Samarinda pada 21 Februari 1955 yang kemudian menjadi Keuskupan Samarinda dan kini menjadi Keuskupan Agung Samarinda; dan (2) Keuskupan Palangkaraya pada 5 April 1993.

Anak terakhir di wilayah Borneo ini adalah Keuskupan Tanjung Selor yang lahir pada 9 Januari 2002 yang dimekarkan dari Keuskupan Agung Samarinda yang waktu itu masih menjadi Keuskupan Samarinda.


4. Prefektur Apostolik Sumatra pada 30 Juni 1911, kini Keuskupan Agung Medan

Dari Keuskupan Agung Medan inilah kemudian pada 27 Desember 1923 lahirlah (1) Prefektur Apostolik Benkoelen yang kemudian menjadi Vikariat Apostolik Palembang, lalu Keuskupan Palembang, dan kemudian menjadi Keuskupan Agung Palembang; (2) Prefektur Apostolik Banka e Biliton yang kini menjadi Keuskupan Pangkalpinang. Lalu pada 17 November 1959 lahirlah Prefektur Apostolik Sibolga yang kini menjadi Keuskupan Sibolga 

Sedangkan dari Vikariat Apostolik Palembang yang kini adalah Keuskupan Agung Palembang pada 19 Juni 1952 lahirlah Vikariat Apostolik Padang yang kini adalah Keuskupan Padang dan Vikariat Apostolik Tandjung-Karang yang kini adalah Keuskupan Tanjungkarang.

Menarik untuk diketahui pada 27 Desember 1923 Prefektur Apostolik Sumatra sempat berganti nama menjadi Prefektur Apostolik Padang dan kemudian menjadi Vikariat Apostolik Medan pada 23 Desember 1941.


5. Prefektur Apostolik Isole della Piccola Sonda (Kepulauan Sunda Kecil) pada 16 Juni 1913, kini Keuskupan Agung Ende;

Dari wilayah ini, kemudian didirikanlah (1) Vikariat Apostolik Timor Olandese yang kini menjadi Keuskupan Atambua pada 25 Mei 1936; (2) Prefektur Apostolik Denpasar pada 10 Juli 1950 yang kini menjadi Keuskupan Denpasar; (3) Vikariat Apostolik Larantuka pada 8 Maret 1951 yang kini menjadi Keuskupan Larantuka (4) Vikariat Apostolik Ruteng pada 8 Maret 1951 yang kini menjadi Keuskupan Ruteng; (5) Prefektur Apostolik Weetebula pada 20 Oktober 1959 yang kini menjadi Keuskupan Weetebula; dan (6) Keuskupan Maumere pada 14 Desember 2005.

Dari Keuskupan Atambua kemudian pada 13 April 1967 dimekarkanlah Keuskupan Kupang yang kini menjadi Keuskupan Agung Kupang.


6. Prefektur Apostolik Celebes (sekarang Sulawesi) pada 19 November 1919, kini Keuskupan Manado yang darinya kemudian lahir Prefektur Apostolik Makassar pada 13 April 1937 yang kini menjadi Keuskupan Agung Makassar.


7. Prefektur Apostolik Malang pada 27 April 1927, kini Keuskupan Malang;


8. Prefektur Apostolik Surabaia pada 15 Februari 1928, kini Keuskupan Surabaya;


9. Prefektur Apostolik Bandung pada 20 April 1932, kini Keuskupan Bandung;


10. Prefektur Apostolik Purwokerto pada 25 April 1932, kini Keuskupan Purwokerto


11. Vikariat Apostolik Semarang pada 25 Juni 1940, kini Keuskupan Agung Semarang;


12. Prefektur Apostolik Sukabumi pada 9 Desember 1948, kini Keuskupan Bogor.


Ada Fakta Menarik!

Kita kembali lagi ke Prefektur Apostolik Kepulauan Samudera Hindia tadi yang darinya dimekarkanlah Prefektur Apostolik Batavia. Rupanya, Prefektur Apostolik Kepulauan Samudera Hindia ini dimekarkan dari Diosis (Keuskupan) Malacca ketika itu (1712). Dalam catatan sejarah, Diosis Malacca didirikan pada 4 Februari 1558. Diosis ini, yang darinya dimekarkanlah Prefektur Apostolik Kepulauan Hindia Belanda, kemudian berubah nama menjadi Vikariat Apostolik Malacca-Singapore pada 10 September 1841.

Setelah berganti nama menjadi Vikariat Apostolik Malacca-Singapore pada 10 September 1841 kembali berubah nama menjadi Diocese of Malacca pada 10 Agustus 1888 hingga pada 19 September 1953 menjadi Archdiocese of Malacca. Nama itu juga masih mengalami perubahan menjadi Archdiocese of Malacca-Singapore pada 25 February 1955. Keuskupan Agung ini kemudian dibagi 2, menjadi Keuskupan Agung Singapura dan Keuskupan Malaka-Johor pada 18 December 1972.

Alur ini pun kalau mau ditelusuri masih ada pula hubungannya antara Gereja Keuskupan Agung Jakarta, Gereja Indonesia dengan Keuskupan Agung Kuala Lumpur, Keuskupan Penang, Keuskupan Hue dan Keuskupan Agung Hanoi di Vietnam; Keuskupan Funai di Jepang; Keuskupan Agung Nanking, Keuskupan Agung Beijing, serta Keuskupan Agung Guangzhou di Tiongkok, serta Keuskupan Agung Dili di Timor Leste.



Nah, Sobat Peziarah, demikianlah kita sudah mengetahui betapa penting dan bersejarahnya tanggal 8 Mei bagi Gereja Indonesia secara umum, bagi Keuskupan Agung Jakarta, dan bagi beberapa wilayah Gereja di bagian utara Pulau Kalimantan yang kini masuk dalam teritorial negara Malaysia dan Brunei Darussalam karena dari Prefektur Apostolik Batavia yang berdiri pada 8 Mei 1807 itulah lalu dimekarkan menjadi berbagai wilaya misi baru yang masih ada hingga saat ini.

Semua ini tentunya semakin menunjukkan kesatuan dan universalitas Gereja kita yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik, Sobat Peziarah.

Mari sambut tanggal 8 Mei dengan hati penuh sukacita dan syukur, Sobat Peziarah!


wlt



Comments

Popular posts from this blog

Misteri 153 Ikan dalam Penampakan Yesus

Ternyata Ini Lho 7 Hal di Balik Hari Komunikasi Sedunia oleh Gereja!

Mengenal Pesta Stigmata St. Fransiskus Asisi yang Dirayakan Hari Ini