Selamat Jalan Y.U. Cornelius Kardinal Sim, Engineer yang "Dibajak" Menjadi Gembala Brunei Darussalam
Sabtu pagi, 29 Mei 2021, sekira pkl. 09.04 WIB, sebuah kabar duka yang lagi-lagi tak terduga masuk ke dalam sebuah Grup WhatsApp yang berisi alumni partisipan Asian Youth Day 2017 dari beberapa negara.
Isi dari WhatsApp itu memberitakan berita mengejutkan.
"It is with sadness to inform you that dear His Eminence Cardinal Cornelius Sim has returned home to the Lord a short while ago in Taiwan. May he rest in peace after his stint working in the vineyard of the Lord."
Tak lama kemudian masuk pula kabar duka lainnya:
His Eminence Cardinal Cornelius Sim, Apostolic Vicar of Brunei, passed away this morning, 29 May 2021, in Taiwan of cardiac arrest.I invite you to pray for him in your masses and prayers.-Bishop Sebastian Francis, Penang Diocese, Malaysia-
Saya pun segera terhenyak membaca kedua kabar duka itu.
Siapakah Kardinal Sim?
Mungkin jamak dari kita kurang mengenal figurnya. Mungkin pula sebagian dari kita akan tertukar dengan Kardinal Sin, sosok kardinal fenomenal dari Filipina yang mampu mendorong rakyat Filipina menjungkalkan 2 (dua) orang presiden. Tentu saja Kardinal Sim dan Kardinal Sin adalah 2 (dua) figur yang berbeda.
Lalu siapakah sebenarnya Kardinal Sim?
Kardinal Sim, atau lengkapnya, Y.U. Cornelius Kardinal Sim adalah sosok yang bagi saya dapat digambarkan sebagai Tokoh Serba Pertama untuk Gereja Brunei Darussalam.
Ulasan mengenai beliau sebagai Tokoh Serba Pertama untuk Gereja Brunei Darussalam pernah diulas dalam Segmen Ziarah Tokoh Podcast Peziarah pada Episode 84: Kardinal, Uskup, dan Imam Pertama Brunei - Seri Ziarah Tokoh. Jika ingin mengenal beliau lebih jauh, termasuk pergumulan iman beliau sebelum kemudian memberi diri sebagai pelayan Tuhan, serta peziarahan beliau sebagai Imam, Prefek Apostolik, Vikaris Apostolik, Uskup, dan Kardinal pertama Brunei dalam menggembalakan belasan ribu umatnya di tengah negara yang mayoritas beragama Islam dan merupakan negara Islam, bisa mendengarkan episodenya melalui Spotify atau Anchor atau melalui aplikasi eKatolik.
![]() |
Episode 84 Podcast Peziarah: Kardinal, Uskup, dan Imam Pertama Brunei - Seri Ziarah Tokoh (bisa didengarkan di Spotify, Anchor, maupun aplikasi eKatolik) |
Engineer yang "Dibajak" Menjadi Gembala
Kardinal Cornelius Sim adalah seorang keturunan Tionghoa dan Kaum Dusun atau Dusunic, sekumpulan suku kaum pribumi di Sabah dan Brunei. Kakek dan nenek beliau adalah orang Katolik pertama di desanya. Beliau lahir di Seria, Brunei pada 16 September 1951 sebagai putra sulung dari 6 (enam) bersaudara.
Dalam pengakuan pribadinya, beliau merasakan bahwa beliau telah "dibajak" (hijacked) oleh Tuhan untuk menjadi pelayanNya.
Betapa tidak?
Beliau adalah seorang engineer (sarjana dan master di bidang teknik) yang "dibajak" untuk menjadi imam, kemudian uskup, dan lantas Kardinal; beliau adalah seorang Master Teknik Elektro yang kemudian "dibajak" menjadi Master Teologi untuk kemudian menjadi pelayan bagi Master yang sesungguhnya; beliau adalah pekerja di sebuah perusahaan minyak multinasional yang "dibajak" untuk menjadi pekerja di Gereja semesta, yang satu, kudus, Katolik, dan Apostolik.
Allah memang berkarya secara luar biasa dan indah dan hal itulah yang kemudian tercermin dalam pribadi Kardinal Sim yang "dibajak" ini. Beliau "dibajak" oleh Allah untuk menjadi Gembala yang baik, sederhana, murah hati, dan rendah hati; Gembala yang berbau domba dan mencintai domba-dombaNya; Gembala yang dipilih oleh Allah, sebagaimana pengakuan beliau dengan mengutip Injil Lukas 12:32, untuk menggembalakan "kawanan kecilNya" di tengah negeri yang mayoritas beragama Islam dan memberlakukan syariat Islam.
Meskipun demikian, proses "pembajakan" (hijakced) itu tidak mudah karena beliau sempat mengalami turbulensi dalam hidup rohani beliau akibat kehilangan ayahanda tercinta. Tetapi kemudian sejauh apapun ia pergi dari Gereja, pada akhirnya ia pun kembali kepada GerejaNya. Hidup beliau yang sempat hanya fokus pada urusan duniawi semata, kemudian diubahkan untuk mau "bertolak ke tempat yang dalam" ("Duc in altum"), sesuai motto pelayanan beliau.
![]() |
Coat of Arms atau Lambang Pelayanan Y.U. Cornelius Kardinal Sim, "Duc in Altum" |
![]() |
Hanya 3 (tiga) Paroki dan 1 (satu) Stasi. Peta Wilayah Vikariat Apostolik Brunei Darussalam (rcvbd.com) |
Sosok yang Mencintai Orang Muda
Secara pribadi, bagi saya, akan sulit melupakan berbagai peristiwa tentang sosok Kardinal Sim bila tidak mengaitkannya dengan orang muda. Dua kali berjumpa secara langsung dengan beliau, keduanya sama-sama terjadi dalam 2 (dua) event orang muda se-Asia, yakni Asian Youth Day VI di Daejeon, Korea Selatan pada 2014, dan Asian Youth Day VII di Yogyakarta, Indonesia pada 2017.
![]() |
Kardinal Sim memegang Salib Asian Youth Day. Foto diambil saat Asian Youth Day VII di Yogyakarta, Indonesia pada 2017 lalu. (vaticannews.va) |
Hadir dan mau terlibat, 2 (dua) karakteristik penting itulah yang mungkin tepat bila menggambarkan bagaimana sosok Kardinal Sim dalam kedua kegiatan orang muda se-Asia tersebut. Beliau nyaris tak berjarak dengan kami, orang muda, meski beliau adalah seorang Uskup. Apalagi dengan teman-teman orang muda asal Brunei. Beliau benar-benar ibarat Bapak bagi orang muda, yang selalu ada, terlibat, dan hadir bersama mereka. Obrolan ringan, tawa, dan canda senantiasa mengiringi kehadiran beliau.
Demikian pula dalam rapat-rapat evaluasi harian dan persiapan setiap malam yang kadangkala berlangsung hingga larut malam, beliau pun tetap hadir. Tidak hanya hadir, beliau pun terlibat dalam rapat-rapat itu. Beliau memberikan pendapat, kadangkala bersuara keras dan kritis atas situasi rapat, meski tak tampak kesan menggurui sebagai seorang petinggi Gereja.
Salah satu yang sulit saya lupakan adalah ketika beliau memutuskan untuk hadir bersama orang muda dalam Asian Youth Day VI di Daejeon, Korea Selatan, ketimbang berada bersama rombongan para Uskup se-Asia yang memiliki agenda sendiri dengan Paus Fransiskus. Pun ketika orang muda harus berjalan kaki melakukan pilgrimage, beliau juga ikut serta, ikut capek, dan ikut berkeringat. Meski usia beliau sudah tidak muda lagi, tapi semangat mudanya terus terpancar.
Dengan hangat selalu disapanya setiap orang muda yang menjumpainya. Orang muda pun mencintai beliau. Ibarat domba yang paham siapa gembala mereka.
Pergi Dalam Amanah
Ketika beliau berpulang ke Rumah Bapa, beliau masih mengemban amanah sebagai Vikaris Apostolik Brunei Darussalam yang diemban beliau sejak 2004 atas penunjukkan dari Bapa Suci Paus St. Yohanes Paulus II, yang 7 (tujuh) tahun sebelumnya telah menunjuk beliau sebagai Prefek Apostolik Brunei Darussalam.
Kedua penunjukkan itu menjadikan beliau sebagai Prefek Apostolik dan Vikaris Apostolik pertama bagi Brunei Darussalam. Selain itu, dengan penunjukkan beliau sebagai Vikaris Apostolik, menjadikan beliau sebagai Uskup pertama Brunei Darussalam. Bahkan, ketika ditahbiskan sebagai Imam pada 1989, beliau adalah Imam pertama asli dari Brunei Darussalam.
![]() |
Kehangatan antara Kardinal Sim dan Paus Fransiskus sebelum beliau diangkat menjadi Kardinal (saintcharles.co.za) |
![]() |
Salah satu kunjungan Kardinal Sim kepada Paus Fransiskus sebelum diangkat menjadi Kardinal (asianews.it) |
![]() |
Tawa lepas Paus Fransiskus ketika menjabat tangan Kardinal Sim dalam kunjungannya kepada Paus sebelum diangkat menjadi Kardinal (americamagazine.org) |
Pada tahun lalu, Bapa Suci Paus Fransiskus menunjuk beliau sebagai Kardinal-Imam San Giuda Taddeo Apostolo, sehingga menjadikan beliau sebagai seorang Kardinal pertama asal Brunei Darussalam. Sayangnya, karena situasi Pandemi COVID-19 yang membatasi banyak hal, beliau tidak dapat menghadiri Konsistori di Roma pada 28 Oktober 2020.
Beberapa saat setelah diangkat sebagai Kardinal, beliau juga ditunjuk untuk menjadi anggota Kongregasi untuk Klerus.
Memang beberapa tahun lalu di tengah pelayanan beliau yang luar biasa sebagai seorang Gembala, beliau didiagnosis memiliki kanker dan oleh karenanya telah melakukan beberapa treatment untuk penyembuhan beliau sampai saat terakhirnya. Sayangnya Tuhan berkehendak lain.
Menurut rilis yang dikeluarkan Vikariat Apostolik Brunei Darussalam yang ditandatangani oleh Mgr. Robert Leong, Vikaris Jenderal, disebutkan bahwa beliau telah tiba di Taiwan sejak 8 Mei 2021 dan langsung menjalani karantina di Chang Gung Memorial Hospital sambil menunggu waktu untuk terapi cell treatment. Meski setiap harinya kesehatan beliau selalu dipantau, tetapi semakin hari kondisi beliau semakin lemah. Sabtu pagi, 29 Mei 2021 pada pukul 08.28 pagi waktu setempat, beliau menghembuskan nafas terakhir beliau di Chang Gung Memorial Hospital, Taoyuan City, Taiwan.
Selamat jalan, Kardinal Sim..
Engkau telah mengakhiri peziarahanmu di dunia ini dan menjadi peziarah yang menginspirasi para peziarah lainnya, khususnya para peziarah muda.
Doakanlah kami yang masih berziarah di dunia ini.
Willem L. Turpijn
Comments
Post a Comment