Bertambah Orang Kudus yang Pernah Berkarya di Indonesia!
Tepat pada hari ini, 23 April 2021, bertambah lagi orang kudus yang dalam hidupnya pernah berkarya maupun singgah ke Indonesia. Beliau dan kawan-kawannya pada hari ini resmi dibeatifikasi di sebuah negeri nun jauh dari Indonesia.
Siapakah dia? Mari simak ulasannya berikut ini.
![]() |
Para Martir Quiche yang Dibeatifikasi 23 April 2021 (sumber: misacor.org.au) |
Gereja Indonesia hingga saat ini mungkin masih belum memiliki putra dan putri asli Indonesia yang digelari Santo atau Santa, Beata atau Beato oleh Bunda Gereja yang kudus. Namun, menjadi sebuah rahmat pula yang patut kita syukuri adalah terdapat begitu banyak orang kudus yang dalam hidupnya pernah berkarya di Indonesia, pernah singgah di Indonesia, atau bahkan menjadi martir di Indonesia.
Daftar nama-nama beberapa orang kudus yang dalam hidupnya pernah berkarya, atau singgah, atau bahkan menjadi martir di Indonesia tersebut, hari ini, resmi bertambah! Puji Tuhan!
Bagaimana bisa?
Beatifikasi 10 Martir El Quiché
![]() |
10 Martir Quiche (sumber: sticna.org) |
Pada hari ini, 23 April 2021 nun jauh Amerika Tengah, dilangsungkan sebuah Perayaan Beatifikasi 10 (sepuluh) orang martir di Keuskupan Guatemala di Quiché akan berlangsung di Santa Cruz del Quiché. Prefek Kongregasi Pergelaran Kudus akan mewakili Bapa Suci Paus Fransiskus untuk memimpin Perayaan Ekaristi Beatifikasi ini.
Para Uskup Guatemala menerbitkan pesan pada kesempatan ini, di mana mereka menelusuri sejarah negeri ini yang bertempur dalam darah para martir, yang mereka gambarkan sebagai "saksi setia Allah" dan Injil-Nya, berkomitmen untuk membangun komunitas dan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah.
![]() |
Umat membawa gambar kesepuluh martir Quiche (sumber: vaticannews.va) |
Sebelumnya, pada tanggal 23 Januari 2020, Paus Fransiskus menerbitkan dekrit yang mengkonfirmasi 3 (tiga) orang Imam Misionaris Hati Kudus, agen pastoral keuskupan Quiché, beserta 7 (tujuh) orang Katekis mereka yang adalah penduduk asli Maya dari El Quiché, yang merupakan kelompok awal para martir El Quiché, termasuk dalam bilangan para kudus Gereja dan dapat digelari "Beato". Ketiga orang imam dan 7 (tujuh) umat awam, termasuk seorang anak kecil laki-laki berusia 12 tahun, ini terbunuh dalam kebencian terhadap iman antara 1980 dan 1991. Mereka telah mengabdikan diri atas nama Tuhan kepada saudara dan saudari termiskin pada saat penganiayaan Gereja dan kekerasan terhadap seluruh penduduk. Mereka didahului oleh ratusan saksi baik diketahui maupun tidak dikenal yang menyuburkan tanah Guatemala dengan darah mereka.
![]() |
Ketiga Imam MSC yang menjadi Martir Quiche (sumber: noticiasdenavarra.com) |
Ketiga imam dari 10 orang martir yang akan dibeatifikasi hari ini adalah Imam-Imam dari Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) yang semuanya berasal dari Spanyol. Mereka adalah Pastor José MarÃa Gran Cirera, MSC, Pastor Faustino Villanueva Villanueva, MSC, dan Pastor Juan Alonso Fernández, MSC. Ketiganya melayani di berbagai bagian departemen Guatemala di Quiche, di mana hampir 90% populasinya adalah penduduk asli Maya.
![]() |
(sumber: prensacelam.org) |
Sedangkan ketujuh awam yang dibeatifikasi adalah:
1. Domingo del Barrio Batz (29 tahun), seorang Koster dan Katekis yang dibunuh bersama Pastor Cirera;
2. Juan Barrera Méndez, bocah lelaki yang berumur 12 tahun, anggota Catholic Action (Komunitas Aksi Katolik), yang dikenang sebagai figur yang senang mengajarkan Sabda Allah serta berdoa dan bernyanyi kepada rekan sebayanya;
3. Tomás RamÃrez Caba (46 tahun), seorang Koster yang juga telah menikah sekaligus bekerja di koperasi yang konsisten melaksanakan tugasnya untuk menjaga Gereja, biara, dan areanya, serta menolak untuk memberikan kunci biara dan gereja;
4. Nicolás Castro (35 tahun), seorang Katekis dan Prodiakon. Ia sadar dalam masa penganiayaan saat itu, tentu membutuhkan suatu kekuatan istimewa, yang tentu saja hanya dapat ditemukan dalam Ekaristi. Ia pun pergi untuk membawa Sakramen Mahakudus agar umat dapat menerima komuni;
5. Reyes Us Hernández, seorang yang telah menikah dan anggota Gereja yang dikenang sebagai seorang pemimpin yang punya komitmen pada pengembangan sosial dan kesehatan warganya;
6. RosalÃo Benito (80 tahun), Katekis dan Pekerja Pastoral yang adalah anggota pertama dari Komunitas Aksi Katolik. Ia adalah seorang buta huruf, tetapi dapat mempelajari semua doa untuk semua situasi hidup dan juga berusaha untuk belajar cara untuk bernyanyi; dan
7. Miguel Tiu Imul, pria yang sudah menikah dan ketika itu menjadi Direktur Catholic Action dan Katekis.
Perlu digaris bawahi bahwa ketujuh martir awam ini adalah para martir pribumi pertama yang dinyatakan menjadi Beato di Amerika Tengah.
Lalu apa hubungannya dengan Indonesia?
Martir di Quiche, Pernah Bermisi di Indonesia
![]() |
Sang Martir ketika baru ditahbiskan (sumber: politicadeestado.com) |
Rupanya salah seorang dari ketiga imam yang menjadi martir itu, yakni Pastor Juan Alonso Fernández, MSC memiliki keterkaitan dengan Indonesia. Imam yang seperti kedua rekannya yang lain ini juga sama-sama berasal dari Spanyol. Beliau dikirim ke Guatemala pada tahun 1960, tepat pada tahun penahbisannya sebagai imam. Di Guatemala, Pastor Alonso memulai kerja kerasnya sebagai misionaris dengan menunggang kuda, di jalan-jalan rusak, menyeberangi pegunungan dan jurang-jurang, berpergian sepanjang 40 kilometer antara San Andres dan Santa Cruz, meninggalkan di belakangnya, pada ketinggian 2500 meter, kampung Santa Rosa Chujuyub. Sejak awal ia telah meminta paroki yang tidak dapat dicapai dengan mobil. Tercatat selama kira-kira 90 tahun tidak ada seorang imam pun di San Andres.
Ia pun telah memilih El Quiché, yang merupakan daerah misi yang sulit. Di dalam lingkup El Quiché ia juga memilih daerah paling sulit. San Andres Sajcabajá, Camilla dan San Bartolo Jocotenango menjadi pilihannya karena itulah daerah-daerah yang paling miskin dan sulit dicapai. Bersama dengan umat di sana, ia melewatkan periode pertamanya sebagai misionaris (1960-1963). Meskipun tugasnya sudah berat, ia masih mencari waktu untuk mengunjungi Zona Reyna, yang terpencil dan hampir tidak dapat dicapai.
![]() |
Ilustrasi karya pelayanan Pastor Juan Alonso Fernandez, MSC (sumber: slideplayer.es) |
Kemudian, dari tahun 1963 hingga 1965, ia mendapatkan kesempatan untuk berkarya menjadi misionaris di Indonesia, tepatnya di wilayah Keuskupan Manado, Sulawesi Utara. Ia berangkat ke Indonesia pada Mei 1963 sebagai jawaban ketika Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC) Provinsi Belanda membutuhkan bantuan tenaga misionaris. bersama dengan rekan-rekan MSC lain yang berasal dari Spanyol. Ketika itu ia menulis,
“…sekarang saya menulis surat ini dari tanah jauh kepulauan Indonesia, di mana saya baru saja tiba, terdorong oleh semangat misioner yang sama, seperti selalu demikian.”
Ia datang dari Guatemala ke Manado melalui Manila dan Jakarta. Dari Manila ia rupanya terbang bersama dengan Mgr. Yos Suwatan, MSC, Uskup Emeritus Keuskupan Manado, yang ketika itu masih Frater dan baru menyelesaikan Novisiat MSC di Carcar, Cebu yang diikuti dengan tahun pertama filsafat di Angeles City, Filipina. Dengan cepat pula ia belajar Bahasa Indonesia.
Pastor Juan Alonso, MSC adalah seorang Spanyol berperawakan besar, kuat, dan berjenggot, serta berkulit putih. Beliau selalu memakai jubah putihya yang tak pernah ditanggalkannya meski jubah itu kotor karena debu, atau kena becek sekalipun. Selain mengenakan jubah putihnya, ia pun selalu mengenakan kalung salib. Beliau dikenang pula sebagai seorang pengembara yang suka berkunjung kemana-mana, bahkan sampai ke desa-desa terpencil yang bahkan belum pernah dilewati oleh kendaraan. Jika ia harus melewati beberapa sungai kecil, maka ia tak segan mengangkat sepeda motornya yang besar itu lalu melintasi sungai dan melajutkan perjalanannya.
![]() |
Sang Misionaris asal Asturia, Spanyol yang pernah berkarya di Keuskupan Manado (sumber: beritamanado.com) |
Sang martir ini tercatat pernah menjadi Pastor di Paroki St. Fransiskus de Sales, Kokoleh, Likupang Selatan pada tahun 1963-1965. Wilayah itu saat ini menjadi bagian dari Kabupaten Minahasa Utara dan Kevikepan Tonsea, Keuskupan Manado saat ini.
Meski ditugaskan sebagai Pastor di Paroki St. Fransiskus de Sales, Kokoleh, Likupang Selatan, jejak Pastor Alonso sendiri tidak hanya ada di Paroki Kokoleh, tetapi juga menyebar ke paroki tetangga yaitu, Paroki St. Yohanes Penginjil, Laikit; Paroki St. Antonius Padua, Tataaran; Paroki Hati Kudus Yesus, Sonder; Paroki St. Yosep, Kawangkoan; Paroki St. Petrus, Langowan, hingga Paroki St. Lukas, Ratahan. Hal itu dilakukannya karena merasa masih ada banyak wilayah yang lebih sulit dan jarang dikunjungi oleh Pastor karena memang tenaga imam ketika itu sangat terbatas, beliau tak segan menggunakan motor besarnya untuk menngunjungi daerah-daerah lain, bahkan yang kondisi jalannya sangat sulit untuk dilewati.
![]() |
Sang Martir dengan motor besarnya ketika bermisi di Indonesia (sumber: beritamanado.com) |
Tak heran namanya juga tercatat sebagai Pastor yang membaptis beberapa umat di Buku Baptis Paroki St. Petrus, Langowan yang berada di bagian Selatan Minahasa yang memiliki banyak stasi. Catatan itu ditemukan pada Buku Baptis Liber Baptizotorum VIII (1959-1964) dan Liber Baptizotorum IV (1964-1966). Tercatat baptisan yang dilakukan Pastor Alonso sendiri mulai pada tahun 1964. Berdasarkan catatan-catatan tersebut, terdapat cukup banyak kampung-kampung yang pernah disinggahi oleh beliau, seperti Langowan, Tombatu, Watuliney, Ratatotok, Liwutung, Tatengesan, Rasi, Ratahan, Tompaso, Poniki, Tasuka, Kalatin, Belang, Tompaso Dua, Basaan, Teep, dan Noongan. Tentu saja, ketika itu, akses jalan ke kampung-kampung itu masih didominasi oleh jalan tanah berbatu.
Di luar catatan itu, diketahui pula Pastor Alonso juga pernah menjelajah hingga sampai ke wilayah Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Pantai Komi dan Rerer di mana kala itu umumnya wilayah-wilayah tersebut belum bisa dijangkau dengan sepeda motor. Ia tidak takut akan matahari terik dan perjalanan yang melelahkan. Hampir selalu ia makan nasi tanpa garam, dan kadang-kadang menyantap daging anjing, kera, atau tikus. Meskipun dengan asupan yang minim, setiap hari dengan penuh semangat ia tetap menjelajah ke kampung untuk mengunjungi komunitas-komunitas kecil orang Katolik.
Secuil pengalamannya di Pulau Kelapa ia tuliskan begini,
“Kuda Guatemala di sini berbentuk suatu sepeda motor yang kuat, yang melompat di lintasan-lintasan lumpur…
sepeda motor itu hanya dapat mencapai dua dari tiga belas kampung.
Kesehatan saya baik. Cuaca luar biasa panas. Ada banyak malaria. Saya mendapatkannya beberapa kali, tetapi itu tidak berbahaya, dan juga tidak mengurungmu di tempat tidur…
Saya sedang membangun tiga gereja. Ada harapan besar untuk pertobatan-pertobatan. Saya juga sedang membangun sebuah sekolah menengah.”
Salah satu momen yang diabadikan, suatu ketika Pastor Alonso mengunjungi umat di Stasi Pinabetengan (wilayah pelayanan Paroki St. Yoseph Kkawangkoan saat ini) yang mengendarai sepeda motor dengan nomor polisi DB 2023 sambil membonceng seorang anak laki-laki yang hanya menggunakan celana pendek tanpa baju. Momen tersebut juga merupakan kunjungan pertamanya ke Stasi Pinabetengan yang saat ini berada di wilayah pemerintahan Kecamatan Tompaso Barat, Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Pastor Alonso tiba di Stasi Pinabetengan pada 1 Februari 1964.
Usai dua tahun bekerja keras dengan iklim yang jauh berbeda dari tempat kelahirannya, Asturias, Spanyol, disertai penyakit tropis yang harus diderita, Pastor Alonso mengaku mengalami kelelahan. Maka pada November 1965, dalam perjalanannya kembali ke Spanyol, ia mampir di Roma selama dua minggu, di mana Konsili Vatikan II sedang berakhir. Bahkan, ia menghadiri penutupan Konsili pada 7 Desember 1965.
![]() |
Sang Martir bersama keluarganya (sumber: collanzo.com) |
Dari sanalah Pastor Alonso kembali ke El Quiché. Setelah beberapa tahun di Indonesia, beliau kemudian kembali ke Guatemala dan mendirikan komunitas Santa Maria Regina di Lancetillo. Ia ditugaskan untuk memulai paroki baru di pusat Zona Reyna, di mana misionaris hanya datang sekali setahun. Untuk mencapai tempat ini, dibutuhkan waktu 16 jam dengan menunggang kuda untuk sampai di situ. Ia melayani umat yang telah dibaptis namun harus diajarkan kembali Bapa Kami dan Tanda Salib. Meskipun tantangannya besar harus menembus hutan lebat yang belum pernah tersentuh, ia giat mengadakan evangelisasi dan mempromosikan kebaikan bagi masyarakat yang hidup dalam kondisi tidak manusiawi. Dalam perjalanannya mengunjungi umat di tempat terpencil, dengan iman mendalam dalam komitmen total, ia kerap berdoa brevir sambil menunggang kuda, apabila kondisi jalan memungkinkannya.
Setelah 13 tahun menjalankan karya kerasulan yang intens di Zona Reyna, ia berpikir sudah waktunya untuk menjalankan suatu karya kerasulan yang lebih sulit. Ia pun mendapat tugas baru di Keuskupan El Petén, yang banyak penduduknya adalah keturunan Suku Maya. Selama dua tahun melayani di sana. Setelah pembunuhan dua rekan imamnya, ia memohon untuk diutus wilayah Utara El Quiché ke paroki di Nebaj, Cotzal, dan Chajul, di mana penindasan sudah tak terkirakan. Semuanya ini untuk mengutamakan kaum miskin. Ia siap menghadapi kesulitan lebih besar lagi didasari oleh permenungan retret misionernya.
Ia sempat ditangkap dan mengalami penyiksaan. Pada saat itu, seorang Komandan Pos mengatakan kepadanya bahwa "menjijikkan baginya untuk melihat seorang pastor di depannya, itu sebabnya dia meludahinya, karena itu membuatnya mual jika melihat seorang pastor." Pastor Juan Alonso Fernandez, MSC mengalami penyiksaan yang kejam malam itu. Dia berkata bahwa "yang mereka inginkan adalah membunuh saya dan saya tidak tahu bagaimana caranya, mereka menahan diri untuk tidak melakukannya, karena saya merasa bahwa mereka lebih baik membunuh saya dan tidak melakukan apa yang mereka lakukan terhadap saya".
Terlepas dari segalanya, Pastor Juan tidak menyerah. Dia merayakan Ekaristi di desa dan pergi keluar untuk merayakannya di desa tetangga, khususnya kepada umat di Paroki Uspantan.
Akhirnya, tibalah momen kemartiran itu...
Di sana mereka menunggunya, menculiknya, menyiksanya lagi dan menembakkan tiga timah panas di kepala sang martir yang pernah bermisi di Indonesia. Ketiga tembakan di kepalanya membuat Pastor MSC asal Asturian, Spanyol ini jatuh ke jurang di La Barranca (Quiché). Sang martir wafat seketika itu juga pada tanggal 15 Februari 1981 dalam usianya yang ke-47.
Beberapa hari sebelum kemartirannya, ia sempat mengambil salib yang selalu dia bawa di dadanya dan berkata,
"Saya menjadi imam karena yang satu ini,
dan jika saya harus mati karena yang ini, inilah saya".
Beato Juan Alonso Fernández, MSC.,
salah satu dari 10 Martir Quiché?
Yuk dengerin Podcast Peziarah
Pernah Bermisi di Indonesia" (Ziarah Tokoh)
atau Spotify Podcast Peziarah
Kisah Kemartiran Quiche
![]() |
Para Martir Quiche (sumber: hidupkatolik.com) |
Prahara hebat yang disebabkan oleh kemiskinan, rasisme, perbedaan sosial, penindasan, korupsi, kurangnya pekerjaan mulai menyulut berbagai demonstrasi di Guatemala, yang kemudian bahkan berubah menjadi konfrontasi antara gerilyawan dan tentara dan tumbuh menjadi "perang saudara yang tidak dideklarasikan" yang menyebabkan penganiayaan kejam terhadap Gereja Katolik di beberapa departemen. Di antara mereka, departemen El Quiché di bagian barat Republik Guatemala yang paling menderita akibat penganiayaan ini.
Ribuan umat Katolik, terutama katekis, dibunuh pada saat itu. Cukup dengan memiliki Alkitab atau Rosario, atau mengabdikan diri untuk membantu orang lain, maka seseorang dengan segera dapat diklasifikasikan sebagai anggota gerilya, dan, oleh karena itu, dapat ditangkap atau dibunuh. Di antara banyak orang yang dibunuh karena iman mereka, menghidupi Injil melalui pelayanan mereka kepada yang paling membutuhkan dan untuk mencoba hidup seperti Yesus. Diperkirakan di bagian utara El Quiche lebih dari 400 katekis dibunuh.
Mengapa mereka dibunuh?
Mengutip tulisan “Para Martir dari Quiche” yang ditulis Pastor Joaquim Herrera, MSC disebutkan demikian:
Bertahun-tahun kemudian, Komisi Klarifikasi Sejarah PBB merangkum alasan penganiayaan kejam terhadap Gereja Katolik di Guatemala, sebagai berikut:
"Gereja Katolik bergerak, dalam waktu yang sangat singkat dalam sejarah Guatemala baru-baru ini, dari posisi konservatif ke posisi dan praktik yang, berdasarkan Konsili Vatikan Kedua (1962-1965) dan Konferensi Episkopal MedellÃn (1968), memprioritaskan pekerjaan dengan mereka yang tersisih, yang miskin dan terpinggirkan, mempromosikan pembangunan masyarakat yang lebih adil dan setara. Perubahan pastoral berbenturan dengan strategi kontra-pemberontakan, yang menganggap Katolik sebagai sekutu gerilyawan dan, oleh karena itu, bagian dari musuh internal, tunduk pada penganiayaan, kematian atau pengusiran ". (1999)
Beatifikasi dan Kemartiran
Sebagaimana diketahui, dalam tradisi Gereja Katolik, beatifikasi merupakan suatu bentuk pengakuan atau pernyataan yang diberikan oleh Gereja terhadap orang yang telah meninggal sebagai "yang berbahagia".
Beatifikasi diberikan kepada orang yang dianggap telah bekerja sangat keras untuk Kerajaan Allah atau memiliki keistimewaan secara spiritual. Beatifikasi itu sendiri memerlukan bukti berupa mukjizat (kecuali dalam kasus martir), sebagai bukti bahwa orang yang dianggap suci atau kudus itu telah berada dalam surga dan dapat mendoakan orang lain.
Orang yang mendapat beatifikasi diberi gelar Beato untuk laki-laki dan Beata untuk perempuan, dimana proses ini merupakan tahap ketiga dari empat tahapan dalam proses Kanonisasi (untuk menjadi Santo atau Santa) yang biasanya dilakukan setelah mendapat gelar Venerabilis atau "yang pantas dihormati".
Dalam kasus martir, maka Kongregasi Penggelaran Kudus akan menyelidiki apakah yang bersangkutan wafat karena iman dan sungguh mempersembahkan hidupnya sebagai kurban cinta kepada Tuhan dan Gereja.
Bagi kesepuluh martir Quiche ini, mereka diakui oleh Gereja telah wafat sebagai martir "in odium fidei", dalam kebencian terhadap iman, bukan karena motif politik atau pribadi.
![]() |
Ilustrasi Para Martir Quiche (sumber: hidupkatolik.com) |
"Put on your wedding clothes,
you, the most martyr of all,
Santa Iglesia de Quiché."
"Kenakanlah pakaian pernikahanmu,
hai engkau, para martir terkemuka dari semuanya
dari Gereja Kudus Quiché."
(cuplikan tulisan dari Mgr. Pedro Casaldáliga,
seorang Uskup dan Penyair)
Sumber:
Martyrs of Quiche: https://www.misacor.org.au/index.php/item/3301-martyrs-of-quiche
The beatification of the martyrs of Quiché: 3 missionary priests and 7 lay people "faithful witnesses of God": http://www.fides.org/en/news/69831-AMERICA_GUATEMALA_April_23_the_beatification_of_the_martyrs_of_Quiche_3_missionary_priests_and_7_lay_people_faithful_witnesses_of_God
New martyrs include religious priests, laity martyred in 20th century: https://www.ncronline.org/news/quick-reads/new-martyrs-include-religious-priests-laity-martyred-20th-century
Guatemalan martyrs granted recognition: https://www.thetablet.co.uk/news/12462/guatemalan-martyrs-granted-recognition
23 April 2021, Pastor Juan Alonso Fernandez MSC Dibeatifikasi: https://beritamanado.com/23-april-2021-pastor-juan-alonso-fernandez-msc-dibeatifikasi/
BibliografÃa del Padre Juan Alonso: https://www.collanzo.com/WP_Historia/?p=105
El papa Francisco autoriza la beatificación del misionero navarro Faustino Villanueva: https://www.noticiasdenavarra.com/actualidad/sociedad/2020/01/24/papa-autoriza-beatificacion-misionero-navarro/1017803.html
La Iglesia de Guatemala hace memoria de los mártires de Quiché con motivo de su beatificación: https://prensacelam.org/2021/03/21/la-iglesia-de-guatemala-hace-memoria-de-los-martires-de-quiche-con-motivo-de-su-beatificacion/
Ten martyrs of Quiché beatified in Guatemala: https://www.vaticannews.va/en/church/news/2021-04/beatification-ten-martyrs-quiche-guatemala.html
El Papa Francisco autoriza la beatificación del misionero asturiano Juan Alonso Fernández: https://www.iglesiadeasturias.org/papa-francisco-autoriza-la-beatificacion-del-misionero-asturiano-juan-alonso-fernandez/
Pernah Berkarya di Minahasa, Pastor Juan Alonso Fernandez, MSC Tak Gentar Menghadapi Risiko, Kematian Sekalipun! Hari Ini Dibeatifikasi di Guatemala: https://www.hidupkatolik.com/2021/04/23/53341/pernah-berkarya-di-minahasa-pastor-juan-alonso-fernandez-tak-gentar-menghadapi-risiko-kematian-sekalipun.php
Pastor Alonso, Misionaris Penjelajah Bak Superman: https://www.hidupkatolik.com/2021/04/21/53337/pastor-alonso-misionaris-penjelajah-bak-superman.php
Teladan Misioner dari Asturias Pernah Singgah di Tanah Minahasa: https://www.hidupkatolik.com/2021/04/20/53333/teladan-misioner-dari-asturias-pernah-singgah-di-tanah-minahasa.php
(wlt)
Comments
Post a Comment