Mengenal "Hati Ketiga"
Banyak dari kita telah kenal, bahkan mungkin berdevosi kepada Hati Yesus yang Mahakudus, maupun kepada Hati Tersuci Maria.
Akan tetapi, sudahkah kita mengakrabi sosok hati ketiga?
Di penghujung tahun 2020, tepatnya pada 8 Desember 2020, dalam situasi dunia yang masih tak menentu, Bapa Suci Paus Fransiskus mengundang seluruh Gereja semesta mendekat kepada sosok seorang Bapa. Bukan sembarang Bapa, melainkan sosok Bapa yang dikasihi, Bapa yang lembut dan penuh kasih, Bapa yang taat, Bapa yang menerima, Bapa yang berani secara kreatif, Bapa yang bekerja, dan Bapa yang berada dalam bayang-bayang. Sosok Bapa yang kita kenal sebagai Santo Yosef, Bapa Asuh Tuhan kita, Yesus Kristus, dan suami Santa Perawan Maria, Bunda yang terberkati. Bapa Suci mengundang seluruh Gereja untuk mempersembahkan hari-hari berikutnya sepanjang 1 tahun kepada Santo Yosef, sekaligus mengundang Gereja semesta untuk belajar dari keutamaan-keutamaannya yang luar biasa, dan menimba inspirasi rohani untuk berziarah dalam dunia yang semakin tak menentu.
Undangan Paus Fransiskus itu diungkap dengan jelas melalui Surat Apostolik beliau yang berjudul "Patris Corde", yang dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai, "Dengan Hati Seorang Bapa". Tentu sudah banyak pihak mengulas Surat Apostolik yang sungguh luar biasa dan mendalam ini, terutama pada waktu yang berdekatan dengan Hari Raya St. Yosef yang jatuh setiap tanggal 19 Maret.
Menariknya, judul dari Surat Apostolik "Patris Corde" ini mengingatkan pula akan sebuah bentuk devosi akan "hati yang murni dan adil", Sang Hati Ketiga, Hati St. Yosef.
Mari kita mengenalnya lebih jauh...
1. Ilustrasi Sang Hati Ketiga: Hati yang Murni dan Adil
"Hati Kudus Yesus" senantiasa diilustrasikan dengan hati yang menyeruak dari dalam tubuh dan bernyala api sebagai simbol cinta yang berkobar. Hati yang menyeruak dan bernyala api tersebut juga dikelilingi lingkaran berduri, yang mengingatkan kita akan mahkota duri Yesus, simbol sengsara dan wafatNya demi umat manusia. Karenanya, sekilas saja, kita sudah dapat menangkap makna di balik ilustrasi "Hati Kudus Yesus" yang demikian indah, sebagai simbolisasi cinta Kristus yang berkobar karena kesediaanNya untuk menderita demi keselamatan manusia.
Sementara itu, hampir serupa dengan "Hati Kudus Yesus", "Hati Tersuci Maria" selalu digambarkan dengan ilustrasi hati yang keluar dari dalam tubuh dan bernyala api. Lagi-lagi, seperti ungkapan serupa dalam simbol "Hati Kudus Yesus", ilustrasi ini hendak mengungkapkan simbol cinta Maria yang berkobar bagi Allah dan manusia. Perbedaannya adalah jika "Hati Kudus Yesus" dikelilingi lingkaran berduri, "Hati Tersuci Maria" dikelilingi bunga mawar putih, yang terkadang dilengkapi pula dengan ilustrasi sebuah lili yang muncul di atas hati tersebut. Simbolisasi yang hendak diungkap dari ilustrasi ini tentu saja sebagai perlambang kesucian (Hati Maria yang Tak Bernoda). Simbol lain yang erat pula dengan "Hati Tersuci Maria" adalah sebilah pedang yang menusuk hati Maria. Ilustrasi ini tentu saja hendak menggambarkan perkataan dari Simeon kepada Bunda Maria, "dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri..." sebagaimana tertulis dalam Injil Lukas (lih. Luk 2:35), yang juga simbolisasi kedukaan Maria.
Lalu bagaimana dengan ilustrasi terhadap Sang Hati Ketiga?
Hati ketiga, yang dikenal sebagai "Hati yang Murni dan Adil", "Hati Santo Yosef yang Murni dan Adil" juga digambarkan sebagai sebuah hati yang juga menyeruak dari dalam tubuh, seperti "Hati Kudus Yesus" dan "Hati Tersuci Maria". Hati Santo Yosef juga digambarkan sebagai hati yang bernyala sebagai simbol hati St. Yosef yang terbakar oleh cinta kepada Allah.
Perbedaannya, alih-alih lingkaran berduri atau bunga mawar putih, "Hati yang Murni dan Adil St. Yosef" justru digambarkan dengan 3 (tiga) buah bunga lili putih (bunga bakung putih) yang berada dalam 1 (satu) tangkai yang digambarkan dalam posisi diagonal. Simbol ini hendak menggambarkan kemurnian hati St. Yosef. Beberapa sumber juga menyebut bahwa selain menggambarkan kemurnian hati St. Yosef, ketiga bunga lili putih atau bunga bakung putih tersebut juga hendak menggambarkan Tritunggal yang Mahakudus.
2. Penampakan yang Menjelaskan tentang Hati St. Yosef
Ilustrasi terhadap Hati St. Yosef telah menjadi sebuah tradisi dalam Gereja selama berabad-abad. Akan tetapi, perlu diketahui, penjelasan tentang Hati St. Yosef ini telah mendapatkan "penjelasan" secara spiritual dalam beberapa penampakan yang terjadi. Beberapa diantaranya adalah penampakan yang terjadi kepada Edson Glauber de Souza Coutinho, seorang mahasiswa asal Manaus, Brazil, yang berusia 22 tahun. Penampakan pertama terjadi pada tahun 1994 ketika ia mendapatkan pendampakan dari Bunda Maria dan Yesus. Penampakan ini berlanjut ketika ia kembali ke kampung halamannya di Itapiranga, sekitar 1000 km barat daya Sao Paulo. Kepada Edson, Bunda Maria menampakkan diri dan memperkenalkan diri sebagai "Ratu Rosario dan Damai" dan menekankan perlunya pertobatan, Misa, Pengakuan Dosa, dan silih atas dosa. Ibu Edson, Maria do Carmo, juga menerima beberapa penampakan. Yesus dan Bunda Maria secara khusus menekankan pentingnya pengabdian kepada Hati Yusuf yang Paling Suci.
Beberapa tahun berselang, tepatnya pada 1 Maret 1998, St. Yosef menampakkan diri kepada Edson. St. Yosef menampakkan diri kepada Edson selama delapan hari selama bulan itu, berbicara lebih banyak tentang Hatinya yang Murni, memberikan peringatan, menyampaikan janji kepada mereka yang menyebarkan pesan ini, dan menetapkan cara untuk merayakan devosi ini.
Berikut beberapa perkataan St. Yosef kepada Edson Glauber:
“Putraku yang terkasih, Tuhan Allah kita telah mengutus saya untuk memberi tahu engkau tentang semua rahmat yang akan diterima umat beriman dari Hati saya yang Paling Suci, yang kepadanya, Yesus dan pasanganku yang terberkati, ingin agar hati itu dihormati… Melalui devosi kepada Hati Suci saya, banyak jiwa akan diselamatkan dari tangan Iblis. Tuhan Allah kita telah mengizinkanku untuk mengungkapkan kepadamu janji-janji hatiku."
“Sama seperti saya adil dan benar di hadapan Tuhan, semua yang memiliki pengabdian kepada Hati saya juga akan menjadi suci, benar dan suci di hadapan-Nya. Aku akan memenuhimu dengan rahmat dan kebajikan ini, membuatmu tumbuh setiap hari di jalan kekudusan."
Dengan demikian, tak mengherankan jika selama berabad-abad dalam tradisi Gereja, Hati St. Yosef memang dikenal dengan nama "Hati St. Yosef yang Amat Suci", atau "Hati St. Yosef yang Suci dan Adil" yang senantiasa digambarkan dengan sebuah hati yang bernyala api dengan 3 (tiga) buah bunga lili putih yang melekat pada hati itu.
Keesokan harinya, kepada Edson Glauber, St. Yosef datang dengan Kanak-Kanak Yesus yang bersandar di hatinya. St. Yosef mengungkapkan bahwa Allah ingin memberikan rahmat yang tak terhitung jumlahnya melalui pengabdian kepada hatinya:
"Putraku dan Tuhan Yesus, yang aku besarkan di bumi ini, dengan kasih seorang ayah, menginginkan agar semua orang mempraktikkan pengabdian kepada Hatiku, untuk semua yang membutuhkan rahmat dari surga."
Sebagai catatan, rangkaian penampakan di Brazil tersebut yelah mendapatkan pengakuan dari ordinaris setempat, yakni Uskup Carillo Gritti, yang setelah berbagai studi, doa, refleksi, observasi, dan kesaksian atas pertumbuhan hidup beriman ribuan orang, kemudian mendeklarasikannya sebuah "Decree of Worship" yang mengakui penampakan-penampakan. Jika ingin membaca lebih jauh mengenai penampakan ini, bisa diakses melalui link ini.
3. Devosi Rabu
Kepada Edson pula, St. Yosef menyampaikan agar dilakukan devosi kepada Hati St. Yosef yang Amat Suci pada hari khusus setiap bulannya.
Berikut petikan pesan tersebut:
"Putraku yang terkasih, hari ini adalah hari Rabu pertama setiap bulan. Pada setiap Rabu pertama setiap bulan, Hatiku yang Paling Suci menyebarkan Rahmat yang tak terhitung banyaknya kepada semua orang yang meminta bantuan kepada perantaraanku. Pada hari-hari Rabu ini para pria tidak menerima pancuran Rahmat melainkan sebuah Aliran Rahmat yang luar biasa karena aku berbagi dengan semua yang menghormati aku dan meminta bantuan kepadaku semua Rahmat, semua Berkah, semua Kebajikan dan semua cinta yang telah aku terima dari Putra Ilahiku, Yesus, dan dari Pasanganku, Maria Yang Mahakudus, ketika aku hidup di dunia, dan semua Rahmat yang terus saya terima di Kemuliaan Surga."
Pesan yang diterima pada 4 Maret 1998 pkl. 21.10 malam di Manaus tersebut selaras dengan pesan yang disampaikan Yesus kepada Edson pada 6 Juni 1997 sebagai berikut:
"Aku berharap agar pada hari Rabu pertama setelah Pesta Hati Kudus-Ku dan Hati Tak Bernoda Maria dirayakan sebagai Pesta Hati Paling Suci St. Yosef."
Pesan tersebut disampaikan oleh Yesus kepada Edson dengan harapan dapat disampaikan kepada Paus agar disampaikan kepada seluruh Gereja.
4. Sejarah dan Perkembangan Devosi kepada Hati Ketiga
Devosi kepada Hati St. Yosef sebenarnya telah ada dalam tradisi selama berabad-abad lamanya. Meski memang, harus diakui, terdapat suatu dinamika pasang surut terhadap devosi ini.
Menurut sebuah paper yang ditulis oleh Mgr. Arthur Burton Calkins berjudul "The Cultus of the Heart of Saint Joseph: An Inquiry into the Status Quaestionis" yang menyebutkan bahwa terdapat bukti adanya devosi terhadap Hati St. Yosef dari tahun 1733 di Brasil dan Portugal, dan kemudian di Meksiko, Spanyol, Prancis, dan Italia. Meskipun demikian, studi tentang masalah ini memang dirasa masih sangat kurang saat ini. Mgr. Arthur Burton Calkins juga menyebutkan bahwa di milenium kedua terdapat sebuah Persekutuan Saleh dari Hati Yang Paling Murni Santo Yusuf (Pia Unione del Cuore purissimo di San Giuseppe) yang didirikan oleh Oblat Perawan Maria, Pastor Michele Bocca pada tahun 1846, yang selalu menganggap devosi kepada Hati Yusuf sebagai hal yang tidak terpisahkan dari devosi kepada Hati Yesus dan Maria. Pastor Tarcisico Stramare, OSJ, menunjukkan bahwa ada cukup banyak literatur yang didedikasikan untuk Hati St. Yosef di paruh kedua abad ke-19 dan devosi itu dipromosikan oleh sejumlah pemuka gereja terkemuka.
Hanya saja, perlu diketahui pula, dalam tulisannya yang sama, Mgr. Arthur Burton Calkins mencatat bahwa terdapat informasi tentang larangan terhadap devosi kepada Hati St. Yosef ini pada abad ke-19. Akan tetapi larangan asli oleh Paus Gregorius XVI tidak pernah ditemukan atau diterbitkan, sehingga dengan demikian dasar dari larangan tersebut terlalu jelas pula.
5. Hati St. Yosef dalam Pengajaran Paus St. Yohanes Paulus II
Menarik pula untuk diketahui bahwa devosi kepada Hati St. Yosef muncul dalam berbagai tulisan, homili, dan pengajaran dari Paus St. Yohanes Paulus II. Mgr. Arthur Burton Calkins dalam tulisannya yang sama mengemukakan beberapa contoh.
a. Seruan Apostolik "Familiaris Consortio" yang terbit pada 22 November 1981, khususnya pada artikel 86:
"Kami serahkan setiap keluarga kepada-Nya, kepada Maria, dan kepada Yosef. Ke dalam tangan mereka, ke dalam hati mereka, kami persembahkan Anjuran ini. Semoga mereka itulah, yang memberikan Anjuran ini kepada anda, Saudara-Saudara yang terhormat dan putera-puteri yang terkasih. Semoga mereka pulalah, yang membuka hati anda bagi cahaya, yang dipancarkan oleh Injil atas setiap keluarga."
b. Homili Paus St. Yohanes Paulus II dalam Misa Malam Natal pada 1980:
"Tidak masalah bahwa, untuk saat ini, cahaya ini hanya dibagikan oleh beberapa hati; bahwa cahaya itu dibagikan oleh Perawan dari Nazaret dan Pasangannya..."
c. Sapaan Paus St. Yohanes Paulus II di Rumah Sakit Regina Margherita yang baru di Trastevere pada 20 Desember 1981:
"Pemandangan yang menginspirasi, yang akan kita renungkan yang diwakili dalam palungan, berbicara kepada kita semua tentang kehidupan yang baru saja lahir, yang dipertahankan oleh kehangatan dan perhatian dari hati yang penuh kasih (Maria, Yusuf, para gembala) dari bahaya akan situasi yang sulit..."
d. Homili Paus St. Yohanes Paulus II di Basilika St. Markus, di Piazza Venezia Roma:
"Hari ini Gereja mengalami sukacita kelahiran Juruselamat, Putra Allah, di Bethlehem - sebagai misteri keluarga, sebagai Keluarga Kudus. Ini adalah kebenaran yang sangat manusiawi: melalui kelahiran seorang bayi, komunitas perkawinan seorang pria dan wanita, dari seorang suami dan istri, menjadi sebuah keluarga yang lebih sempurna. Pada saat yang sama, ada misteri Tuhan yang luar biasa, yang diungkapkan kepada manusia - Misteri yang tersembunyi dalam iman dan di dalam hati pasangan itu, dari Maria dan Yusuf dari Nazaret. Pada mulanya mereka sendirilah yang menjadi saksi dari fakta bahwa Bayi yang lahir di Betlehem adalah “Anak Yang Mahatinggi”, datang ke dunia melalui tindakan Roh Kudus."
e. Pada tanggal 9 September 1993, Bapa Suci menghubungkan Hati Maria dan Yusuf dalam homilinya di sebuah tempat ziarah Bunda Maria di Aglona, Latvia:
"Misteri Inkarnasi Ilahi! Sangat sulit untuk memahaminya sehingga pertama-tama harus menemukan tempat dalam pikiran dan hati manusia. Pertama di hati Maria, yang terjadi saat pemberitaan di Nazareth, lalu di hati suami Maria, Yosef."
f. Dalam sapaan Angelus tanggal 5 Januari 2003, menjelang akhir masa kepausannya yang panjang, kita menemukan Paus kembali ke tema yang sudah mulai dia kembangkan di tahun-tahun awalnya:
"Anugerah dari Tuhan tidak pernah menjadi usang. Inilah kabar gembira Natal: Terang ilahi yang memenuhi hati Maria dan Yusuf serta membimbing langkah-langkah para gembala dan orang Majus, masih bersinar bagi kita hari ini."
g. Seruan Apostolik "Redemptoris Custos" tertanggal 15 Agustus 1989, Paus St. Yohanes Paulus II membuat sejumlah referensi ke Hati St. Yosef, diantaranya:
Artikel 8:
"His fatherhood is expressed concretely "in his having made his life a service, a sacrifice to the mystery of the Incarnation and to the redemptive mission connected with it; in having used the legal authority which was his over the Holy Family in order to make a total gift of self, of his life and work; in having turned his human vocation to domestic love into a superhuman oblation of self, an oblation of his heart and all his abilities into love placed at the service of the Messiah growing up in his house."
(Catatan: tulisan ini mengutip dari Paus St. Paulus VI: Amanat (19 Maret 1966): Insegnamenti, IV (1966) halaman 110).
"Since it is inconceivable that such a sublime task would not be matched by the necessary qualities to adequately fulfill it, we must recognize that Joseph showed Jesus "by a special gift from heaven, all the natural love, all the affectionate solicitude that a father's heart can know."
(Catatan: tulisan ini mengutip dari Paus Pius XII, Pesan Radio kepada Para Siswa Sekolah Katolik di Amerika Serikat (19 Februari 1958): AAS 50 (1958), hal.174.)
Nah, Sobat Peziarah sekalian, kini kita telah mengenal "Hati Ketiga", Sang Hati yang Amat Suci dan Adil, Hati St. Yosef yang suci dan adil. Semoga pemahaman ini dapat mendorong kita untuk berdevosi pada sosok Bapa Asuh Tuhan kita, Yesus Kristus, yang akan mendorong kita pada kekudusan, dan terutama, Kristus sendiri.
Marilah dalam ziarah harian kita, kita senantiasa berpaling kepada hatinya yang amat suci dan adil, dan tentu saja kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Tersuci Maria.
Marilah kita berseru,
“Hati Yesus, aku memuja Engkau;
Hati Maria, aku mohon kepadamu;
Hati Yusuf, murni dan adil;
dalam tiga Hati ini saya menaruh kepercayaan saya."
"karena semua kita adalah peziarah..." (JMJ)
wlt
Comments
Post a Comment