Mengapa Hari Rabu dan Jumat Identik dengan Pantang dan Puasa?
Hari Rabu dan Jumat seolah menjadi sentral di Masa Prapaskah. Pantang dan puasa yang dijalani oleh umat Katolik amat lekat dengan kedua hari tersebut.
Pertanyaannya, mengapa ya kedua hari itu yang diambil oleh Gereja sebagai momen untuk pantang dan puasa?
Adakah sesuatu di balik pemilihan kedua hari tersebut?
Mari simak ulasan dari Peziarah berikut ini...
Hari Jumat dan Momen Pantang dan Puasa
Salah satu hari wajib untuk berpuasa sesuai aturan Gereja Katolik adalah Jumat Agung. Selain itu, hari Jumat juga merupakan hari wajib untuk umat Katolik melakukan pantang selama Masa Prapaskah.
Sebenarnya, selain sepanjang Jumat di Masa Prapaskah, hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun (bdk. Kan. 1250). Untuk itu, Gereja memiliki tradisi yang juga diatur dalam Kitab Hukum Kanonik, khususnya Kanon 1251 bahwa:
"Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya"
Itulah sebabnya di beberapa negara Eropa dan Amerika, maupun di negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Kristen atau Katolik, kita akan menemukan bahwa umat masih menjalankan tradisi dari Kanon 1251 tersebut. Biasanya, umat akan menghindari untuk mengkonsumsi daging di hari Jumat, dan menggantinya dengan ikan.
Lalu mengapa hari Jumat menjadi hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja?
Jika ditanya alasannya, dengan mudah kita bisa mereka-reka jawabannya. Jumat identik dengan hari dimana Tuhan kita Yesus Kristus menjalani sengsaraNya hingga wafat di kayu salib. Jumat Agung sendiri menjadi hari wajib untuk berpuasa karena pada hari ini kita mengenangkan Sengsara dan Wafat Tuhan kita, Yesus Kristus.
Bagaimana dengan hari Rabu?
Hari Rabu dan Momen Pertobatan
Hari Rabu Abu menjadi hari penting bagi Gereja Katolik karena menjadi awal dari masa tobat dan puasa. Hari Rabu Abu juga merupakan hari wajib untuk berpuasa sesuai aturan Gereja, selain Jumat Agung. Beberapa dari kita mungkin juga melakukan pantang setiap Rabu selama Masa Prapaskah.
Pertanyaannya, mengapa selain hari Jumat, hari Rabu menjadi begitu lekat dengan momen pertobatan dan menjadi tradisi bagi Gereja selama berabad-abad?
Mengapa Gereja memilih hari Rabu?
Menurut A Pulpit Commentary on Catholic Teaching, sebagaimana dikutip oleh aleteia.org, menjelaskan bahwa ternyata salah satu alasan hari Rabu dan Jumat dipilih sebagai hari puasa di Roma adalah untuk melawan perilaku berdosa yang lazim di kalangan penyembah berhala pada hari-hari tertentu.
Dalam Gereja perdana, hari Rabu dan Jumat ditetapkan sebagai hari puasa. Pilihan mereka ini ternyata mengacu pada fakta saat itu dimana hari Rabu kemudian dipersembahkan oleh para penyembah berhala kepada Merkurius, dewa pencuri dan ketidakadilan, dan hari Jumat ditahbiskan ke Venus, dewi cinta duniawi dan pesta pora. Dari sinilah kemudian Gereja perdana melakukan puasa pada hari-hari itu untuk menebus dosa ketidakadilan dan kenajisan yang tak terhitung jumlahnya yang dilakukan di mana-mana hampir tanpa batasan. Selain itu, apa yang dilakukan oleh Gereja perdana ini ditujukan untuk mencegah orang-orang Kristen terpengaruh dengan kebiasaan buruk kaum pagan ini.
Selain pertimbangan historis dan konteks sosio-religius pada masa Gereja perdana, ternyata ada alasan lain pula yang menjadi pertimbangan mengapa hari Rabu dipilih sebagai hari untuk tobat bagi Gereja. Dan, alasan itu adalah untuk mengenang pengkhianatan Yudas, yang menurut tradisi mengkhianati Yesus pada hari Rabu, sehingga sehari sebelum Kamis Putih kadang disebut sebagai hari "Rabu Pengkhianatan" atau "Spy Wednesday".
Dengan demikian, laku puasa pada hari Rabu yang menjadi tradisi Gereja berabad lampau kemudian memiliki tautan langsung ke Sengsara Yesus dan mengenang peristiwa menyedihkan dalam hidup Yesus. Puasa menjadi cara untuk menebus pengkhianatan ini sekaligus sebagai pengingat betapa seringnya kita mengkhianati Yesus melalui pilihan buruk yang kita buat setiap hari.
Dalam perkembangannya, Gereja kemudian menetapkan bahwa hari Rabu bukan lagi menjadi hari puasa sepanjang tahun kalender. Akan tetapi, sisa-sisa tradisi ini ditemukan pada Rabu Abu, ketika Gereja memulai puasa Prapaskah, maupun juga laku pantang yang dilakukan oleh kita setiap Rabu sepanjang Masa Prapaskah.
Semoga kisah dan tradisi yang melatari dipilihnya hari Rabu dan Jumat sebagai momen pertobatan semakin meneguhkan kita dalam menjalani Masa Prapaskah ini, Sobat Peziarah.
Bacaan lebih lanjut:
Comments
Post a Comment