"Keledai dan Anaknya" di Minggu Palma

Minggu Palma tentu sangat lekat dengan simbol daun palma. Daun palma diberkati, dilambaikan, dan dibawa pulang oleh umat. Akan tetapi ada sebuah simbol yang kerap terlupakan, yakni "Keledai dan Anaknya". 

Lalu apa makna kehadiran "Keledai dan Anaknya"? 

Mari simak Blog Peziarah berikut ini...



Minggu Palma: Pembuka Gerbang Pekan Suci

Gereja semesta telah memasuki Masa Pekan Suci, sebuah masa liturgi yang secara khusus merefleksikan Karya Penyelamatan Allah melalui Putra-Nya yang tentu saja identik dengan Salib. "Pembuka gerbang" Masa Pekan Suci adalah Hari Minggu Palma. Dokumen "Perayaan Paskah dan Persiapannya" (PPP) dengan jelas menekankan agar dalam Minggu Palma perayaan kemenangan Kristus Raja dan pewartaan penderitaanNya harus menjadi jelas dalam perayaan dan katekese (lih. PPP art. 28).

Simbolisasi kemenangan Kristus Raja jelas dapat terlihat dengan simbol-simbol daun palma dan prosesi/perarakan meriah. Prosesi ini hendak mengenangkan Kristus yang memasuki kota Yerusalem dan disambut dengan riuh oleh penduduk kota Yerusalem yang mengelu-elukannya sebagai “Anak Daud” sambal melambai-lambaikan daun palma dan ranting-ranting daun lainnya. Sedangkan warta penderitaan Kristus salah satunya dapat terlihat dengan Kisah Sengsara yang dibawakan dengan meriah pada hari itu. Artinya tentu sangat jelas, Kristus tidak sekedar masuk Yerusalem untuk menikmati gegap gempita belaka, tetapi masuknya Kristus ke dalam kota Yerusalem tak lain dan tak bukan adalah untuk menjalankan Karya Penyelamatan Allah melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya.

Pertanyaannya, dengan apakah Kristus memasuki Yerusalem?


Perbedaan di Injil Matius

Berbeda dengan ketiga Injil lainnya yang menyebutkan "seekor keledai muda" (lih. Mrk 11:1-11, Luk 19:28-38, Yoh 12:12-15), Injil Matius menuliskan bahwa tidak hanya seekor keledai yang digunakan oleh Yesus dalam perarakannya memasuki Yerusalem. Injil Matius menuliskan terdapat 2 (dua) ekor keledai yang digunakan Yesus, yakni seekor keledai betina dan anaknya (lih. Mat 21:2.7).

Apa makna dari hadirnya seekor keledai betina dan anaknya?



Jika berbicara tentang keledai, maka banyak orang akan mengaitkannya dengan simbol perdamaian. Hadirnya keledai, yang dalam tradisi ketika itu biasanya digunakan untuk mengangkut beban, entah orang atau barang karena kecepatannya tidak secepat kuda, kerap dipertentangkan dengan kuda yang adalah simbol kecepatan, simbol kekuatan, dan juga simbol perang. 

Artinya, Kristus yang memasuki Yerusalem (Kota Damai) adalah Sang Raja Damai yang dinanti-nanti selama ini dan Ia datang untuk membawa perdamaian sebagai penggenapan atas nubuat Kitab Suci,


"Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." 

(Zakharia 9:9)

 

Namun, bagaimana dengan hadirnya seekor keledai betina dan anaknya? Apakah simbolisasi itu tetap sama? Ataukah ada perbedaan dalam simbolisasi ini?


Bagaimana Kristus Menaiki Keduanya?

Sepintas jika kita membaca Injil Matius, tentu kita akan heran dan bingung bagaimana mungkin Kristus menaiki kedua keledai itu sekaligus. Tentu tidak mungkin jika harus menunggangi kedua keledai secara bersamaan. Atau, mungkinkah Kristus menaikinya dengan bergantian antara keledai betina dan anaknya, atau justru anak keledai hanya mengikuti induknya?

Tentang hal ini, seorang YouTuber Katolik Amerika, yang juga seorang mantan pastor di Gereja Episkopal Amerika, Dr. Taylor Marshall menemukan penjelasannya. Ia akhirnya menemukan kejelasan saat membaca komentar Cornelius a Lapide tentang bagian tersebut. Menurut Lapide, Kristus pertama-tama menunggangi keledai betina itu naik turun gunung dan kemudian dipindahkan dan menunggangi anak keledai betina itu ke kota.

Ada alasan praktis untuk ini. Pantat keledai betina akan lebih kuat dan lebih bisa naik turun medan. Selanjutnya, anak keledai betina itu akan bisa membawanya ke kota dengan mudah.

Penjelasan ini sebenarnya sesuai pula dengan nubuat Zakharia 9:9 yang menyebut bahwa Raja yang adil dan jaya yang datang adalah "mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda".



Pendapat ini juga didukung oleh seseorang bernama Eric Lyons, M.Min., dalam tulisannya, "A Donkey and Her Colt", yang berpendapat bahwa kemungkinan prosesi kemenangan yang dimulai di lereng tenggara Bukit Zaitun, dekat kota Betfage dan Betania, (sekitar 1¾ mil dari Yerusalem — Pfeiffer, 1979, hlm. 197) terlalu berat medannya bagi seekor anak keledai, sehingga Yesus terlebih dahulu menunggangi induk keledai untuk memudahkan perjalanan, barulah kemudian berganti dengan anak keledai muda sesuai nubuat Zakharia yang menubuatkan bahwa Yesus akan menunggang seekor keledai muda (9: 9).

Apakah hanya karena alasan praktis itu sajakah? Atau justru ada simbolisasi makna dari kehadiran "keledai betina dan anaknya"?

Mari kita lanjutkan refleksi kita, Sobat Peziarah...


Simbol "Keledai Betina dan Anaknya"



Melanjutkan apa yang dijelaskan oleh Dr. Taylor Marshall, ternyata ada makna mistik dari hadirnya keledai betina dan anaknya. Kehadiran keduanya hendak menandakan: 

"dua jenis orang yang ada di dunia ini — orang Yahudi, yang terbiasa dengan kuk hukum Musa, yang diwakili oleh keledai; dan orang bukan Yahudi, yang hidup sampai saat ini tanpa Hukum Allah, dan yang dilambangkan dengan keledai muda."

Keledai betina melambangkan "Bunda Israel" yang telah dibebani dengan Hukum Musa. Hal ini mengingatkan kita pada perkataan Santo Petrus, Paus kita yang pertama, yang menggambarkan Hukum Musa sebagai "kuk... yang baik ayah kita maupun kita tidak dapat menanggungnya" (lih. Kis 15:10). Sedangkan si keledai muda melambangkan orang bukan Israel yang baru dan tidak terlatih  cabang zaitun liar yang digambarkan sebagai orang bukan Israel.

Pandangan ini juga sesuai dengan apa yang tertulis dalam Injil Matius yang mengisahkan bagaimana Yesus meminta muridNya untuk mengambil kedua keledai tersebut. Dalam Matius 21:2, Yesus mengatakan, 

"Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya."

Artinya yang terikat adalah sang keledai betina, yang secara simbolis hendak melambangkan bangsa Israel yang terikat pada hukum-hukum lampau yang membebani mereka. Sedangkan sang keledai muda, adalah keledai yang tidak pernah dinaiki orang, yang menyimbolkan bangsa-bangsa lainnya.

Kemudian dikatakan pada ayat-ayat selanjutnya, bahwa Kristus memberikan otoritas kepada muridNya untuk melepaskan ikatan tersebut. Secara tradisi, dikatakan bahwa terdapat 2 (dua) orang Rasul Kristus yang melepaskan ikatan tersebut, yakni Rasul St. Petrus dan Rasul St. Yohanes. Rasul St. Petrus, sang pemimpin para Rasul yang kemudian menjadi Paus pertama, menjadi simbol Rasul Iman, sedangkan Rasul St. Yohanes menjadi simbol Rasul Kasih mengingat ia banyak menulis tentang kasih.



Kristus, Tuhan kita, mengendarai keduanya untuk menandakan bahwa baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, dipanggil untuk menjadi Christophoroi  pembawa Kristus.

Menarik pula pandangan bahwa, Kristus terlebih dahulu menaiki sang keledai betina karena tidak seperti bangsa-bangsa lain yang tidak terikat hukum-hukum masa lampau, bangsa-bangsa lain siap untuk dipimpin dan mengikuti Kristus sehingga mereka dengan sadar akan mengikuti Kristus tanpa perlu diikat dengan tali, dan secara natural tentu akan mengikuti induknya. Sedangkan bangsa Israel, perlu dinaiki oleh Yesus dan dipimpin terlebih dahulu olehNya.

Namun, karena "sang induk keledai", yakni bangsa Yahudi menolak Kristus, maka "anaknya" akan menggantikan tempatnya sebagai umat pilihan Allah. Maka, dengan warta iman dan kasih dari para Rasul yang diberikan otoritas dari Kristus untuk "melepaskan dan mengikat" segala sesuatu di dunia ini, bangsa-bangsa lain beroleh janji keselamatan Allah melalui Gereja yang mewarisi tradisi apostolik.


Maukah Kita Menjadi Keledai Pembawa Kristus?



Seorang prelat dari asal Nigeria yang kini menjadi Apostolic Nuncio untuk Belize, Uskup Agung Fortunatus Nwachukwu mengilustrasikan padanan antara kedua keledai tersebut dengan Yosef dan Maria. Berikut beberapa poin refleksi beliau:

Apakah kita melihat adanya kesamaan antara keledai dan keledai itu, dan Bunda Maria yang Terberkati dan Santo Yosef? Seperti hewan-hewan ini, Maria membawa Yesus ke dunia, dengan dukungan Yosef; ketika utusan Tuhan mengunjungi mereka, Maria sudah terikat dengan Yosef, tetapi tidak ada yang “pernah duduk di atasnya” (dia tidak mengenal manusia); Yosef, pengurusnya, diberi tahu dalam mimpi bahwa Tuhan membutuhkannya dan dia tidak menolak.

Bagaimana Yesus menunggangi keledai dan keledai pada saat bersamaan? Kami tidak diberitahu; sama seperti kita tidak diberikan rincian apapun tentang hubungan perkawinan antara Maria dan Yosef, dan bagaimana mereka berdua tetap suci dalam hubungan itu. Kami secara halus dipanggil ke wilayah misteri.

Seperti para pembawa pesan yang melepaskan dan membawa hewan-hewan ini kepada Yesus, kita juga tidak boleh lelah dalam menentukan diri kita sendiri untuk menjadi “malaikat” Tuhan untuk menemukan, melepaskan dan membawa keledai dan keledai lainnya kepada Yesus. Apakah saya bisa melakukan ini?

Lebih penting lagi, seperti Maria dan Yosef, kita juga ditantang untuk menjadi keledai dan keledai Yesus Kristus. Kita harus mengizinkan kasih karunia Tuhan untuk melepaskan kita dari kebiasaan lama kita. Kita harus menawarkan diri kita dengan bebas kepada Tuhan untuk membawa Yesus, seperti keledai, ke dalam keluarga kita dan masyarakat yang lebih luas. Ketika kita mengatur diri kita dengan baik, kasih karunia Tuhan dapat membuat kita menjadi seperti keledai "perawan", yang tidak diduduki orang lain, kecuali Yesus.


Maka, pertanyaan reflektif untuk kita dalam memasuki Pekan Suci ini adalah, "Maukah aku menjadi Keledai Tunggangan Kristus?"


Selamat memasuki Pekan Suci 2021, Sobat Peziarah!


(wlt)


Comments

Popular posts from this blog

Misteri 153 Ikan dalam Penampakan Yesus

Ternyata Ini Lho 7 Hal di Balik Hari Komunikasi Sedunia oleh Gereja!

Mengenal Pesta Stigmata St. Fransiskus Asisi yang Dirayakan Hari Ini