7 Hal yang Perlu Diketahui tentang Hari Orang Sakit Sedunia

Setiap 11 Februari Gereja semesta merayakan Hari Orang Sakit Sedunia. Agar kita semakin menghayati makna terdalam dari perayaan Hari Orang Sakit Sedunia, mari cermati 7 hal penting di balik perayaan Hari Orang Sakit Sedunia ini..



Paus Fransiskus memeluk seorang anak yang menderita kanker (ncronline.org)


1. Ditetapkan pada 1992, Mulai Dirayakan pada 1993

Melalui suratnya kepada Y.U. Kardinal Fiorenzo Angelini, Presiden Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan, Paus St. Yohanes Paulus II menetapkan perayaan Hari Orang Sakit Sedunia (World Day of the Sick). Hari Orang Sakit Sedunia (HOSS) ditetapkan Paus St. Yohanes Paulus II pada 13 Mei 1992, dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993. 

HOSS ditetapkan oleh Paus St. Yohanes Paulus II (sumber gambar: www.catholicnewsagency.com)


Menurut surat Bapa Suci yang dimuat di buletin L'Osservatore Romano no. 21 tanggal 27 Mei 1992, HOSS ditetapkan oleh Paus St. Yohanes Paulus II untuk menanggapi dengan penuh simpati permintaan dari Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan, serta untuk menanggapi harapan dari banyak Konferensi Waligereja dan organisasi-organisasi nasional dan internasional.


2. Ditetapkan Setahun Pasca Paus St. Yohanes Paulus II Didiagnosa Mengidap Parkinson

Menarik pula untuk diingat bahwa Bapa Suci menetapkan HOSS tersebut hanya setahun setelah beliau sendiri didiagnosa menderita penyakit parkinson pada awal 1991. Penyakit parkinson adalah suatu penyakit saraf yang memburuk secara bertahap dan memengaruhi bagian otak yang berfungsi mengoordinasikan gerakan tubuh. Akibatnya dapat terlihat jelas pada diri Paus St. Yohanes Paulus II pasca diagnosa tersebut, yakni beliau lambat laun mengalami kesulitan untuk mengatur gerakan tubuhnya, termasuk saat berbicara, berjalan, dan menulis.

Paus St. Yohanes Paulus II dideteksi mengidap parkinson sejak 1991 (sumber gambar: macaudailytimes.com.mo)



3. Diawali  dengan Surat Apostolik Salvifici Dororis pada 1984

Delapan tahun sebelum Paus St. Yohanes Paulus II menetapkan perayaan HOSS, beliau menerbitkan Surat Apostolik "Salvifici Doloris", yakni pada 11 Februari 1984. Judul surat apostolik tersebut apabila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dapat berarti: "Penderitaan yang Menyelamatkan"

Secara tidak langsung kita dapat melihat pula betapa Paus St. Yohanes Paulus II sangat memiliki perhatian pada penderitaan umat manusia, secara khusus mereka yang mengalami sakit dan penderitaan dalam bentuk apapun juga. Perhatian khusus Paus St. Yohanes Paulus II tersebut sebenarnya juga berangkat dari perhatian Gereja sejak berabad-abad silam pada mereka yang sakit dan menderita. Hal ini diungkapkan Paus St. Yohanes Paulus II dalam suratnya ketika menetapkan HOSS. Beliau mengatakan:

"Gereja, yang sepanjang abad, mengikuti teladan Kristus, selalu merasa bahwa kewajiban untuk melayani orang sakit dan menderita merupakan suatu bagian yang integral dari tugas perutusan Gereja (Dolentium Hominum no. 1). 

Gereja sadar bahwa dia "pada saat sekarang ini menghayati suatu segi fundamental dari tugas perutusannya dengan menerima setiap manusia dengan penuh kasih dan murah hati, lebih-lebih mereka yang lemah dan sakit" (Christifideles Laici no. 38). 

Di samping itu Gereja tak pernah merasa bosan untuk menekankan hakekat keselamatan dari mempersembahkan penderitaan, yang dihayati dalam persatuan dengan Kristus, termasuk dalam hakekat dari Penebusan. (Redemptoris Missio no. 78).


4. Berlanjut dengan Pendirian Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan

Persis setahun setelah menerbitkan Surat Apostolik "Salvifici Doloris", Paus St. Yohanes Paulus II kemudian mendirikan Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan pada 11 Februari 1985. Pendirian Dewan Kepausan diri didirikan berdasar pada motu proprio Dolentium Hominum yang mereformasi Dewan Kepausan untuk Bantuan Imam bagi Pekerja Kesehatan ke dalam bentuk baru. Dewan ini adalah bagian dari Kuria Romawi dengan Y.U. Kardinal Fiorenzo Angelini sebagai Presiden Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan yang pertama.

Y.U. Kardinal Fiorenzo Angelini, Presiden Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan yang pertama (sumber gambar: catholicherald.co.uk)


Konstitusi Apostolik Pastor Bonus menjelaskan tugas dewan ini sebagai berikut:

Art. 152 — Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan menunjukkan perhatian Gereja terhadap orang-orang sakit dengan cara membantu mereka yang melayani orang sakit dan menderita, sehingga karya kerasulan kasih mereka bisa secara lebih efektif memenuhi kebutuhan orang-orang yang sedang menderita tersebut.

Art. 153 — § 1. Dewan ini bertugas untuk menyebarkan ajaran Gereja mengenai aspek-aspek spiritual dan moral termasuk juga arti dari penderitaan manusia.

Tugas-tugasnya antara lain mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan berbagai departemen Kuria Romawi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Dewan Kepausan ini menjelaskan dan membela ajaran-ajaran Gereja Katolik Roma mengenai masalah-masalah kesehatan. Dewan ini juga mengikuti dan mempelajari program-program dan inisiatif-inisiatif kebijaksan pelayanan kesehatan baik di level nasional maupun di level internasional, dengan tujuan untuk mengambil hal-hal yang relevan dan berpengaruh bagi pelayanan pastoral dari Gereja.

Saat ini Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan bersama dengan Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, Dewan Kepausan untuk Cor Unum, dan Dewan Kepausan untuk Migran dan Perantau diintegrasikan dalam Dikasteri untuk Peningkatan Pembangunan Manusia Seutuhnya (Dicastery for Promoting Integral Human Development) pada 17 Agustus 2016 melalui Motu Proprio Humanam Progressionem dengan Y.U. Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson sebagai prefek dikasteri ini yang pertama.


5. Dirayakan setiap Pesta Bunda Maria dari Lourdes

Sesuai surat Paus St. Yohanes Paulus II kepada kepada Y.U. Kardinal Fiorenzo Angelini, Presiden Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan, HOSS dirayakan untuk pertama kali pada 11 Februari 1993 dan harus dirayakan setiap tahun pada tanggal yang sama, yakni pada hari perayaan liturgis Santa Perawan Maria di Lourdes. 

Santa Perawan Maria dari Lourdes (sumber: wikipedia)


Dengan melihat ke belakang dan mencermati bahwa jauh sebelumnya Paus St. Yohanes Paulus II telah mendirikan Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan pada 11 Februari 1985 dan menerbitkan Surat Apostolik "Salvifici Doloris" pada 11 Februari 1984, Bapa Suci menilai bahwa tepat pula bila HOSS dirayakan pada setiap tanggal 11 Februari. Pendirian Dewan Kepausan untuk Pendampingan Pastoral Tenaga Pelayanan Kesehatan pada 11 Februari 1985 dan penerbitan Surat Apostolik "Salvifici Doloris" pada 11 Februari 1984 ternyata menjadi bagian dari jalan panjang menuju hadirnya perayaan HOSS yang ditetapkan pada 1992 dan mulai dirayakan pada 11 Februari 1993, pada perayaan liturgis Santa Perawan maria di Lourdes. 

Dan, menurut Bapa Suci dalam suratnya, Lourdes adalah salah satu tempat ziarah kepada BUnda Maria yang amat dicintai oleh umat Kristiai, merupakan tempat dan simbil dari pengharapan dan rahmat, yang bercirikan pada kemauan untuk menerima dan mempersembahkan penderitaan yang bersifat menyelamatkan. Sesungguhnnya, menurut Bapa Suci pula, "bersama dengan Maria, Bunda Kristus, yang berdiri di bawah salib, kita berhenti sejenak di samping semua salib dari manusia zaman sekarang.." (Salivifici Doloris no. 31).

Sebagaimana yang kita ketahui, memang begitu banyak peziarah dan pengunjung ke Lourdes yang telah disembuhkan melalui doa-doa Perawan Maria, dan lebih banyak lagi orang yang datang ke Lourdes untuk berharap akan karunia kesembuhan melalui doa-doa dengan perantaraan Bunda Maria. Artinya, pemilihan tanggal 11 Februari juga punya makna mengikutsertakan Bunda Maria dalam permohonan akan kesembuhan.


6. Tujuan HOSS

Sebagaimana tertuang dalam surat Bapa Suci, Paus St. Yohanes Paulus II ketika menetapkan perayaan HOSS, tujuan agar HOSS dirayakan setiap tahunnya ternyata memiliki landasan yang sangat mendalam, yakni:

(1) membuat Umat Allah menjadi lebih sadar akan perlunya menjamin pelayanan yang sebaik mungkin terhadap orang sakit;

(2) agar lembaga-lembaga pelayanan kesehatan Katolik dan masyarakat juga memiliki kesadaran untuk menjamin pelayanan yang sebaik mungkin terhadap orang sakit;

(3) agar setiap orang yang sakit dapat dibantu untuk memanfaatkan sebaik-baiknya penderitaan mereka, pada tingkat manusiawi, namun lebih-lebih pada tingkat adikodrati;

(4) agar keuskupan-keuskupan, umat Kristiani, dan komunitas biarawan-biarawati dapat lebih terlibat dalam kerasulan pelayanan kesehatan;

(5) agar semakin tinggi keterlibatan sukarelawan dalam dunia kesehatan sekaligus agar keterlibatan mereka semakin dihargai;

(6) agar semakin disadari perlunya latihan rohani dan latihan moral bagi para petugas pelayanan kesehatan;

(7) agar semakin disadari perlunya pelayanan rohani terhadap orang sakit di antara para imam diosesan dan religius, demikian pula di antara mereka yang bekerja di samping mereka yang sakit dan menderita;

(8) untuk mengingatkan umat beriman untuk berdoa secara khusuk dan tulus untuk mereka yang sakit;

(9) untuk mengundang semua orang Kristiani untuk merefleksikan dan menanggapi penderitaan manusia; 

(10) untuk mengakui dan menghormati semua orang yang bekerja dan melayani dalam bidang kesehatan dan sebagai pemerhati kesehatan.

Melalui perayaan HOSS yang telah berlangsung hampir tiga dekade ini, Gereja sebenarnya senantiasa diundang untuk berdoa secara khusus bagi orang sakit, dan secara khusus pula senantiasa merefleksikan makna penderitaan dalam peziarahan manusia menuju rumah Bapa. 

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, maka Gereja mengundang paroki-paroki untuk merayakan HOSS secara konkret dengan mengadakan Misa untuk Orang Sakit di setiap paroki sekaligus pula melakukan penyadaran tentang peran iman dalam menghadapi penderitaan dan sakit, dan arti Kristiani dari penderitaan dan sakit.

Secara khusus, Peziarah pun pernah membuat episode khusus yang membahas tentang makna Kristiani dari sakit dan penderitaan bersama RD. Carolus Putranto Tri Hidayat, imam diosesan Keuskupan Agung Jakarta dan seorang penyintas kanker langka darah langka Primary Central Nervous System Lymphoma (PCNSL), Helena Dewi Justicia sekaligus mengulas dokumen Salvifici Doloris. Episode selengkapnya dapat didengarkan melalui spotify dan anchor.


7. HOSS Dipercayakan pada Pendampingan Para Kudus

Paus St. Yohanes Paulus II ketika menetapkan HOSS sangat berharap agar setiap orang akan bekerja sama sepenuh-penuhnya untuk dapat memulai dan mengembangkan HOSS. Oleh karena itulah, beliau mempercayakan penyelenggaraan HOSS ini kepada bantuan adikodrati dari perantaraan keibuan Maria, "Salus Infirmarum" (Keselamatan Orang Sakit), dan perantaraan St. Yohanes de Deo, dan St. Camillus de Lellis, para pelindung dari tempat untuk merawat orang sakit dan para tenaga pelayanan kesehatan, agar para kudus tersebut membantu untuk semakin berkembangnya kemanjuran kerasulan cinta kasih yang dibutuhkan dunia zaman ini. St. Camillus de Lellis sendiri relikwi jantung beliau bahkan pernah dibawa untuk berziarah ke Indonesia.

Relikwi jantung St. Camillus de Lellis saat berada di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta (sumber gambar: Facebook Page Keuskupan Agung Jakarta)


Dan, nyatanya hingga tahun 2021 ini, telah hampir tiga dekade, HOSS senantiasa dirayakan Gereja semesta dalam berbagai bentuknya dengan ragam tema refleksi yang ditawarkan oleh Gereja. Pada tahun ini Bapa Suci Paus Fransiskus menawarkan tema “Hanya satu Gurumu dan kamu semua adalah saudara” (Matius 23:8). Untuk melihat pesan Paus Fransiskus untuk HOSS tahun ini, bisa cek di website Dokpen KWI.


Demikian 7 hal penting yang perlu kita ingat lebih jauh tentang Hari Orang Sakit Sedunia, Sobat Peziarah. Semoga ketujuh hal fundamental tersebut semakin membantu kita memaknai perayaan Hari Orang Sakit Sedunia pada tahun-tahun selanjutnya.


(wlt)  

Comments

Popular posts from this blog

Misteri 153 Ikan dalam Penampakan Yesus

Ternyata Ini Lho 7 Hal di Balik Hari Komunikasi Sedunia oleh Gereja!

Mengenal Pesta Stigmata St. Fransiskus Asisi yang Dirayakan Hari Ini