Menziarahi Kembali Ziarah Paus Peziarah: Yohanes Paulus II
Karol Józef Wojtyła, yang dikenal sebagai Yohanes Paulus II sejak terpilih menjadi Paus pada 16 Oktober 1978 dan inaugurasinya dilakukan pada 22 Oktober 1978, lahir di Wadowice, Polandia, suatu kota kecil berjarak 50 km dari Krakow, pada 18 Mei 1920, tepat seabad silam.
Karol kecil, yang akrab disapa Lolek, dibaptis pada 20 Juni 1920, di gereja paroki Wadowice oleh Pater Franciszek Zak, dan menerima Komuni Pertama di usia 9 tahun, lalu Sakramen Penguatan pada usia 18 tahun. Pada 1942, sadar akan panggilannya untuk menjadi imam, ia memulai kursus-kursus di seminari “bawah tanah” Krakow, yang diselenggarakan oleh Kardinal Adam Stefan Sapieha, Uskup Agung Krakow. Pada waktu yang sama, Karol Wojtyla menjadi salah satu perintis “Rhapsodic Theatre” yang juga bergerak di bawah tanah.
Setelah Perang Dunia II, setelah Seminari Tinggi Krakow sudah dibuka kembali, Karol melanjutkan studinya di situ dan di Fakultas Teologi Universitas Jagiellonian. Ia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Agung Sapieha di Krakow pada 1 November 1946.
Tidak lama setelah itu, Kardinal Sapieha mengirim dia ke Roma di mana beliau belajar di bawah bimbingan Garrigou-Lagrange, seorang Dominikan Perancis. Ia menyelesaikan doktoralnya di bidang Teologi pada 1948 dengan tesis tentang iman dalam karya-karya St. Yohanes dari Salib (Doctrina de fide apud Sanctum Ioannem a Cruce). Pada waktu itu, dalam masa liburan, ia menjalankan pelayanan pastoral di antara para imigran Polandia di Perancis, Belgia, dan Belanda.
Pada 1948, Karol kembali ke Polandia dan menjadi pastor rekan beberapa paroki di Krakow, dan juga kapelan bagi para mahasiswa universitas. Masa ini berlangsung sampai 1951 ketika ia menempuh lagi studinya di bidang Filsafat dan Teologi. Pada 1953 ia mempertahankan tesis tentang “evaluasi kemungkinan mendasarkan etika Katolik pada sistem etika Max Scheler” di Universitas Katolik Lublin, universitas yang di kemudian hari akan dinamakan dengan nama kepausannya. Di kemudian hari, ia menjadi profesor Teologi Moral dan Etika Sosial di Seminari Tinggi Krakow dan di Fakultas Teologi Lublin.
Pada 4 Juli 1958 ia diangkat menjadi Uskup Auxilier atau Uskup Pembantu Keuskupan Agung Krakow dengan gelar Uskup Tituler Ombi oleh Paus Pius XII, dan ditahbiskan pada 28 September 1958, di Katedral Wawel, Krakow, oleh Uskup Agung Eugeniusz Baziak.
Pada 3 Januari 1964 ia diangkat menjadi Uskup Agung Krakow oleh Paus Paulus VI, yang kemudiannya menjadikannya sebagai Kardinal pada 26 Juni 1967, dengan Gereja Tituler S. Cesareo in Palatio dalam tingkatan para diakon, dan kemudian diangkat Pro Illa Vicedalam tingkatan para imam.
Selain mengambil bagian dalam Konsili Vatikan II (1962-1965), di mana beliau memberikan kontribusi penting pada rancangan Konstitusi Gaudium et Spes, Kardinal Wojtyla berpartisipasi dalam semua pertemuan Sinode para Uskup.
Di usianya yang ke-58, para Kardinal memilihnya menjadi Paus dalam Konklaf 16 Oktober 1978 dan mengambil nama Yohanes Paulus II. Pada 22 Oktober, hari Minggu, dengan mulia beliau mengawali pelayanannya sebagai pengganti Petrus, sebagai Abdi para Abdi Allah. Ia adalah Paus non-Italia pertama dalam 455 tahun, dan Paus termuda setelah Paus Pius IX yang terpilih pada usia 54 tahun pada 1846. Masa kePausannya, salah satu yang terpanjang dalam sejarah Gereja, berlangsung hampir 27 tahun.
Paus Peziarah
Selama masa pontifikatnya, Paus St. Yohanes Paulus II melakukan perjalanan ke 129 negara, dan mencatat lebih dari 1,1 juta kilometer jarak perjalanan, sebuah jarak peziarahan prestisius yang setara dengan mengitari Bumi selama 30 kali atau setara pula dengan jarak pulang-pergi Bumi-Bulan sebanyak 3 kali. Dengan demikian di masa kePausan Paus Peziarah ini, begitu banyak negara yang berkesempatan untuk merasakan kunjungan Gembala mereka, pengganti St. Petrus.
Paus St. Yohanes Paulus II selalu menarik perhatian banyak orang dalam perjalanannya, beberapa kunjungannya dicatat menghadirkan kumpulan manusia yang terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah. Seperti saat ia menghadiri World Youth Day bersama para peziarah muda dari berbagai penjuru dunia di Manila tahun 1995, dimana berkumpul sekitar 5 juta orang. Peristiwa ini dicatat sebagai rekor salah satu pertemuan keagamaan terbesar di dunia.

Kisah Penembakan Paus Yohanes Paulus II
Mehmet Ali Agca sempat berpikir Yohanes Paulus II adalah lambang kapitalisme. Bagi Mehmet, seperti ditulis oleh Anton Wasels dalam Arab dan Kristen (2004), Paus juga tak lebih dari seorang komandan perang bertopeng yang terlibat dalam Perang Salib.
Mehmet melakukan aksi penembakan yang dilancarkan di Alun-alun Santo Petrus, yang letaknya di tengah-tengah kota Roma. Mehmet rencananya bersama Oral Celik yang akan jadi penembak cadangan yang akan meledakkan bom pada 13 Mei 1981 itu.

Aksi itu gagal total. Dunia gempar. Pemimpin Katolik sedunia tertembak. Paus terluka parah. Tapi untunglah akhirnya ia selamat setelah lima jam upaya penyelamatan. Mehmet sendiri tertangkap tak lama kemudian.
Di rumah sakit, Paus membaca semua dokumen Vatikan mengenai peristiwa penampakan Bunda Maria di Fatima. Ia membaca surat dari Suster Lucia, saksi hidup terakhir penampakan di Fatima. Lucia mengungkapkan rahasia ketiga Fatima, “Bapa Suci akan banyak menderita,” demikian pernyataan Bunda Maria. Dalam nubuat penglihatan itu, ketiga anak termasuk Suster Lucia melihat seorang laki-laki berjubah putih yang mereka perkirakan Paus, yang sangat kesakitan di bawah hujan peluru dan anak panah.
Tak lama setelah selamat dari penembakan itu, Paus tak mengutuk penembaknya di muka umum. Paus meminta agar umat berdoa untuk Mehmet. Dia sendiri tentu memaafkan Mehmet. Setelah kesehatannya pulih, Paus mengunjungi Mehmet di penjara.

Mehmet Ali bertanya kepadanya :“Mengapa anda tidak mati? Saya tahu betul bahwa bidikan saya sangat tepat, dan pelurunya sangat kuat dan mematikan.”
Paus menjawab :“Satu tangan menembakkan peluru. Tangan yang lain (tangan Bunda Maria Fatima) membelokkan arahnya.”
Saat dipenjara, Mehmet pindah agama dari Islam menjadi Katolik. Mashable pun menulis sang penembak ini kembali ke Roma pada Desember 2014 dan meletakkan mawar putih pada pusara sang Paus yang dulu hendak dihabisinya.
Akhir Hidup Paus St. Yohanes Paulus II
Pada masa senjanya, kesehatan Paus St. Yohanes Paulus II mulai menurun di tahun-tahun terakhirnya. Dia juga mulai bergerak perlahan dan tampak tidak stabil. Dia bahkan tampak sering gemetaran, salah satu dokternya mengatakan Paus Yohanes Paul II mengalami parkinson pada 2001.
Paus St. Yohanes Paul II wafat pada 2 April 2005, 15 tahun yang lalu, beberapa hari usai Hari Raya Paskah, dan tepat di saat vigil Minggu Kerahiman Ilahi, yang ditetapkan olehnya, dan selalu dirayakan Gereja pada Minggu Paskah II. Ia wafat di kediamannya di Vatikan pada usia 84 tahun. Sebelum wafatnya, sekitar pukul 15.30 CEST, Paus St. Yohanes Paulus II mengungkapkan kata-kata terakhirnya, “biarkan aku pergi ke rumah Bapa”, kepada pendampingnya.
Pada 8 April 2005, pukul 08.00 UTC, Misa Requiem dipimpin oleh Kardinal Joseph Ratzinger sebagai Dekan Kolegium Kardinal dan dihadiri lebih dari 180 orang Kardinal dari berbagai negara. Ini adalah momen berkumpulnya para kepala Negara terbesar sepanjang sejarah. Empat raja, lima ratu, dan setidaknya 70 presiden dan perdana menteri, serta lebih dari 14 pimpinan agama selain Katolik, menghadiri pemakaman. Pada hari kematiannya, lebih dari tiga hingga empat juta orang berkumpul dalam perkabungan di Roma.
Beatifikasi dan Kanonisasi
Terinspirasi dari seruan “Santo Subito!” (Jadikan Santo segera!) dari kerumunan umat pada pemakamannya, Paus Benediktus XVI memulai proses beatifikasi kepada pendahulunya, melewati batasan normal bahwa lima tahun harus berlalu setelah orang tersebut wafat sebelum proses beatifikasi dimulai. Keputusan ini diumumkan pada 13 Mei 2005, pada perayaan Our Lady of Fatima,dalam peringatan 24 tahun percobaan pembunuhan Paus St. Yohanes Paulus II di Lapangan Santo Petrus.
Vatikan mengumumkan pada 14 Januari 2011 bahwa Paus Benediktus XVI telah mengonfirmasi mukjizat yang hadir melalui perantaraan Paus Yohanes Paulus II sehingga dapat dibeatifikasi menjadi Beato pada 1 Mei, Minggu Kerahiman Ilahi dalam Oktaf Paskah dan awal bulan Rosario.
Pada 29 April 2011, peti Paus St. Yohanes Paulus II digali untuk mengawali beatifikasi dan jenazah Yohanes Paulus II dipindahkan dari gua di bawah Basilika Santo Petrus ke monumen batu marmer di Kapel Santo Sebastian, Pier Paolo Christofari. Lokasi ini dekat dengan Kapel Pieta, Kapel Sakramen Mahakudus, dan patung Pius XI, serta Pius XII, sehingga memungkinkan para peziarah yang hendak melihat makamnya.
Polandia mengeluarkan koin emas Zloty dengan wajah Paus Yohanes Paulus II untuk memperingati beatifikasinya.
Pada 5 Juli 2013, Paus Fransiskus menyetujui kanonisasi terhadap Paus Yohanes Paulus II dan Paus Yohanes XXIII. Dan pada 30 September 2013, Paus Fransiskus menyetujui bahwa kedua Paus dikanonisasi menjadi Santo pada 27 April 2014.
Santo Yohanes Paulus II, doakanlah kami…
Sumber:
http://www.expontt.com/jubah-bernoda-darah/
https://www.ncronline.org/blogs/all-things-catholic/top-ten-papal-trips
(Disusun oleh @williamcahyawan dan editor oleh @willemturpijn)
(Disusun oleh @williamcahyawan dan editor oleh @willemturpijn)
Comments
Post a Comment