Memahami Kerajaan Allah dan Mewujudkannya
Tanggal 21 Mei, bersama-sama seluruh Gereja, kita rayakan kenaikan Yesus ke Surga. Salah satu pokok iman yang terdapat di dalam Syahadat Para Rasul. Dalam batas tertentu, kita perlu tahu isi dari iman kita dan apa konsekuensi iman dalam kehidupan kita sebagai murid-murid Yesus.
Kali ini saya menawarkan satu renungan atas satu ayat dari Kisah Para Rasul. "...Sebelum Yesus terangkat ke Surga diceritakan selama 40 hari, Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada para murid tentang Kerajaan Allah." (Kis 1:3)
Mengapa Yesus berbicara kepada para murid tentang Kerajaan Allah?
Jawabannya adalah karena para murid mesti melanjutkan karya Yesus, yaitu melanjutkan Kerajaan Allah. Oleh karena itu, mereka harus paham tentang Kerajaan Allah.
Mengapa 40 hari?
Jawabannya angka 40 dalam Kitab Suci adalah angka simbolik yang memiliki arti sempurna. Yang dimaksudkan adalah selama 40 hari menampakkan diri dan berbicara tentang Kerajaan Allah, para murid dapat paham betul tentang Kerajaan Allah. Karena ketika Yesus masih tinggal dengan para murid, paham mereka seringkali keliru. Misalnya, ketika Yesus berbicara tentang kasih dan pengorbanan sebagai jalan kasih itu, para murid malah berbicara mengenai siapa yang paling hebat di antara mereka. Bahkan ada yang meminta duduk di sebelah kiri dan sebelah kanan di dalam kekuasaan. Harapannya, sesudah disiapkan oleh Kristus yang bangkit secara sempurna, 40 hari, kekeliruan itu jangan terulang lagi.
Apa yang dimaksudkan dengan Kerajaan Allah?
Kerajaan Allah bukan dimaksudkan terkait dengan kekuasaan dan wilayah. Dan seperti apapun dijelaskan, pasti penjelasan itu tidak akan memadai karena Kerajaan Allah adalah misteri dan rahasia.
Meskipun demikian, beberapa gagasan ini kiranya dapat membantu kita memahami Kerajaan Allah.
Menurut Rasul Paulus, Kerajaan Allah bukan soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dalam Roh Kudus. Menurut Kisah Para Rasul, Kerajaan Allah adalah hidup bersama dalam persekutuan dan persaudaraan yang berpusat pada Ekaristi. Dan hidup persekutuan dan persaudaraan yang berpusat pada Ekaristi itu berbuah dalam kerelaan berbagi. Sehingga digambarkan dalam Kisah Para Rasul, tidak ada seorangpun yang kekurangan di antara mereka.
Maka apabila Gereja kita diakui, dipercaya sebagai tanda kehadiran Kerajaan Allah yang hidup dalam Kisah Para Rasul itu, menjadi pedoman pegangan kita. Gereja harus semakin beriman, semakin bersaudara, dan berbelarasa. Gereja yang tumbuh dalam dinamika itu, kita yakini bahwa kehadiran Gereja adalah tanda dan wujud kehadiran Kerajaan Allah.
Satu kunci lagi untuk memahami Kerajaan Allah terkait Ajaran Sosial Gereja. Menurut Ajaran Sosial Gereja, Kerajaan Allah akan menjadi semakin nyata apabila empat nilai dasar ini sungguh dibangun:
1. Kerajaan Allah semakin nyata ketika martabat manusia sebagai citra Allah dijunjung tinggi. Artinya, tidak ada diskriminasi apapun atas dasar status sosial, suku, agama, dan alasan apapun. Kerajaan Allah semakin nyata ketika hidup dijunjung tinggi dan dihargai sejak awal sampai akhir secara alamiah.
2. Kerajaan Allah akan semakin nyata apabila segala sumber daya, perangkat hukum, sistem ekonomi, dan pranata kehidupan bersama lainnya diarahkan semua untuk membangun kebaikan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok.
3. Kerajaan Allah akan semakin nyata ketika demi kebaikan bersama itu, bertumbuh pula semangat solidaritas yang unggul. Saya pribadi sangat gembira beberapa hari lalu saya membaca solidaritas di negeri ini sungguh tumbuh. Indonesia berada di peringkat 5 dari 164 Negara untuk modal sosial dan peringkat pertama untuk partisipasi sipil dan sosial, dengan tingkat kesukarelawanan tertinggi dari negara manapun. Sesuatu yang membanggakan, tanpa mengurangi kenyataan tetap ada pula yang masih memprihatinkan. Harapannya, dengan solidaritas yang semakin unggul, angka kemiskinan juga semakin kecil sebagai tanda hadirnya Kerajaan Allah.
4. Kerajaan Allah semakin nyata apabila kita sadar bahwa kita bertanggung jawab merawat seluruh alam dan makhluk ciptaan. Harapannya, bukan hanya manusia yang bisa berbahagia, tetapi semua makhluk berbahagia. Kalau perlu diciptakan istilah baru, tidak lagi tentang “Peri-Kemanusiaan” tetapi “Peri-Kemakhlukan”.
Mari kita bersyukur karena dengan kenaikan Tuhan, kita memperoleh tugas mulia mewartakan dan mewujudkan Kerajaan Allah. Kita boleh yakin perbuatan baik sekecil apapun adalah bagian dari usaha kita mewujudkan doa kita, “Datanglah Kerajaanmu”. Marilah kita memohon agar Tuhan berkenan menganugerahkan kekuatan kepada kita semakin memahami Kerajaan Allah dan mewujudkannya.
Sumber:
Homili Y.U. Ignatius Kardinal Suharyo pada Perayaan Ekaristi Kenaikan Tuhan, 21 Mei 2020 dari Komsos Katedral (Verbatim oleh @williamcahyawan)
Comments
Post a Comment