Makna Simbol Pada Lilin Paskah

Apa sebenarnya makna dari ragam simbol pada Lilin Paskah?


Untuk mendalami makna dan simbolisasi Lilin Paskah beserta simbol-simbol yang ada padanya, tulisan ini akan mendalaminya dari 2 (dua) aspek, yakni: (1) Simbol dan Gambar pada Lilin Paskah, (2) Bahan dan Unsur Lilin Paskah. Terakhir ditutup dengan makna Lilin Paskah dalam perayaan Paskah.


Makna Simbol Gambar pada Lilin Paskah


Setelah sebelumnya kita telah secara berturut-turut mencoba mencermati simbolisasi yang hendak dihadirkan Gereja melalui tindakan menggores dan menyentuh beberapa simbol pada Lilin Paskah yang disertai dengan rangkaian doa-doa pada Liturgi Cahaya di awal Perayaan Vigili Paskah, serta mendalami pula simbolisasi dari unsur-unsur bahan dan materi yang ada pada Lilin Paskah, bagian ini akan difokuskan pada pemaknaan yang hendak digali dari simbol gambar yang secara mudah dapat kita temukan setiap kali kita melihat Lilin Paskah. Bagian ini sengaja diletakkan jelang akhir tulisan karena bagian ini sudah cukup sering dibahas dan tentu saja simbol gambar pada Lilin Paskah cukup kasat mata sehingga siapapun yang melihatnya dapat dengan mudah memikirkan simbolisasi di balik simbol gambar tersebut. 


1. Salib
Gambar Salib, biasanya dengan warna merah, biasanya terlihat jelas setiap kali kita melihat Lilin Paskah. Salib inilah yang pada saat Liturgi Cahaya dalam Upacara Vigili Paskah akan digoreskan oleh imam dengan biji dupa dengan doa-doa yang sudah dijelaskan sebelumnya.


Lambang salib di Lilin Paskah menjadi simbol utama dari Paskah. Salib tentu saja adalah lambang pengorbanan Kristus dan cahaya yang menuntun jalan kita menuju Allah. Melalui salib Kristus kita diberi keselamatan. 


2. Tahun
Di keempat sudut salib, sebagaimana diterangkan pada bagian sebelumnya, akan terdapat gambar “angka tahun” yang merupakan angka tahun dari tahun dimana Lilin Paskah digunakan pada saat Vigili Paskah. Angka tahun ini pula yang akan disentuh oleh imam menggunakan biji dupa seraya mendaraskan doa yang telah dijelaskan di atas. Angka tahun pada Lilin Paskah, hendak melambangkan kehadiran Tuhan sepanjang masa bersama kita umat-Nya. Tuhan akan selalu ada dan menjaga kita.


3. Alpha dan Omega
Selaras dengan simbolisasi angka tahun pada Lilin Paskah, simbol gambar Alpha dan Omega (Α dan Ω), abjad pertama dan terakhir dari alphabet Yunani, yang juga disentuh oleh imam menggunakan biji dupa seraya mendaraskan doa yang telah dijelaskan di atas, merupakan simbol dari keabadian kuasa Tuhan. Bahwa Dia adalah yang pertama dan terakhir.


4. Biji dupa
Pada bagian sebelumnya kita juga sudah mencermati bahwa pada saat Upacara Cahaya pada awal Vigili Paskah, dalam kegelapan, imam akan menancapkan 5 (lima) biji dupa pada bagian tengah dan ujung-ujung gambar salib sambil mengucapkan doa. Dengan demikian, kelima biji dupa yang ditancapkan pada Lilin Paskah ini merupakan lambang dari 5 luka pada Tubuh Kristus yang dideritanya pada saat penyaliban-Nya. Dengan demikian 5 biji dupa ini hendak hendak mengingatkan kita akan penderitaan Kristus di salib. 


Selain itu, kelima biji dupa ini pun mengingatkan kita pula pada rempah-rempah yang digunakan untuk pemakaman Tubuh Suci-Nya usai diturunkan dari salib.


5. Anak Domba
Pada Lilin Paskah senantiasa kita temukan gambar “Anak Domba”. Tentu kita akan segera ingat akan ungkapan “Anak Domba Allah”. Ungkapan yang selalu ditujukan untuk melambangkan Kristus. Dengan simbol “Anak Domba” pada Lilin Paskah, Gereja ingin menghadirkan kembali ingatan kita akan Kristus sebagai Anak Domba Paskah kita yang dikurbankan bagi keselamatan kita.


Simbol dari Unsur Bahan Lilin Paskah

Selain dari tindakan menggores dan menyentuh beberapa simbol pada Lilin Paskah yang disertai dengan rangkaian doa-doa pada Liturgi Cahaya di awal Perayaan Vigili Paskah, menarik pula jika mendalami pula simbolisasi dari unsur-unsur bahan dan materi yang ada pada Lilin Paskah. Menarik karena hal-hal ini kerap kita terima begitu saja tanpa kemudian tergerak untuk mengetahui lebih jauh bahwa ada makna mendalam di baliknya. Tentu menarik pula karena siapa yang sangka bahan dasar penyusun dari suatu lilin, sumbunya, apinya, nyala apinya atau cahaya apinya memiliki makna mendalam yang melulu merujuk pada Kristus yang Bangkit, Cahaya Dunia.



a. Lilin Malam
Sebagaimana telah dikutip pada bagian sebelumnya, dokumen PPP (Perayaan Paskah dan Kesiapannya) menerangkan bahwa:


“Lilin Paskah demi kesungguhan tanda, harus sungguh lilin dari malam dan setiap tahun lilin baru; hanya boleh dipakai satu lilin Paskah, cukup besar tetapi tak pernah boleh buatan, agar dapat menjadi tanda bagi Kristus, yang adalah cahaya dunia. Ia diberkati dengan tanda dan kata yang ditetapkan dalam buku misa yang dapat diganti oleh Konferensi Waligereja dengan yang lain.” (PPP No. 82)


Dengan demikian, kita pun mengetahui bahwa Lilin Paskah yang kita pergunakan setiap tahunnya haruslah dibuat dari bahan lilin malam (beeswax, atau lilin dari lebah), tidak boleh dari bahan buatan. Lilin harus terbuat dari lilin murni (pure wax). Dalam beberapa tulisan yang didapati, bahkan ada yang menyebutkan bahwa unsur lilin malam yang murni dan berasal dari lebah itu haruslah memenuhi minimal 51% unsur bahan dasar Lilin Paskah. Mengapa? Ternyata ada beberapa sebab.


Pertama, karena melalui ketentuan mengenai unsur pembentuk Lilin Paskah ini hendak merepresentasikan simbol Kristus yang murni, tanpa dosa, yang berinkarnasi, menjadi manusia dalam rahim Perawan Maria. “The pure wax extracted by bees from flowers symbolizes the pure flesh of Christ received from His Virgin Mother, the wick signifies the soul of Christ, and the flame represents His divinity.”


Kedua, perlu kita ketahui bahwa lilin malam murni adalah benda yang berharga. Mengapa? Karena perlu cukup banyak lebah pekerja untuk menghasilkannya. Dalam budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa, misalnya, lilin malam menjadi komoditi yang penting karena merupakan bahan penting dalam proses pembuatan batik, entah melalui teknik ‘batik tulis’ atau ‘batik cap’, keduanya membutuhkan lilin malam dalam jumlah yang cukup banyak. Betapa bernilai dan berharganya lilin mala mini ternyata hendak menghadirkan simbol betapa berharganya Kristus yang bangkit, yang kita rayakan dengan meriah seraya menyalakan Lilin Paskah, simbol Kebangkitan-Nya sendiri yang menerangi dunia.


Ketiga, masih terkait lilin malam yang proses pembuatannya membutuhkan cukup banyak lebah untuk menghasilkannya dan kemudian diolah menjadi bahan dasar pembentuk Lilin Paskah. Ternyata hal ini juga hendak diungkapkan Gereja secara khusus untuk menunjukkan bahwa ada keterlibatan ciptaan Tuhan, dalam hal ini para lebah pekerja, untuk mewujudkan kemeriahan sekaligus kekhidmatan Perayaan Liturgi Paskah.


Simbolisasi inkarnasi yang demikian agung ini yang hendak dihadirkan dengan simbolisasi atas bahan pembentuk Lilin Paskah dari lilin malam rupanya dapat kita temukan juga secara khusus dalam lirik Pujian Paskah (Exultet) versi Bahasa Latin dan Inggris. Berikut kutipannya:


*
Sed iam colúmnæ huius præcónia nóvimus,
quam in honórem Dei rútilans ignis accéndit.
Qui, lícet sit divísus in partes,
mutuáti tamen lúminis detrimenta non novit.
Alitur enim liquántibus ceris,
quas in substántiam pretiósæ huius lámpadis  apis mater edúxit.
*
But now we know the praises of this pillar,
which glowing fire ignites for God's honour,
a fire into many flames divided,
yet never dimmed by sharing of its light,
for it is fed by melting wax,  drawn out by mother bees
to build a torch so precious.
*
b. Api
Api telah lama menjadi tanda kehadiran Tuhan. Kitab Suci Perjanjian Lama sangat sarat dengan contoh bahwasanya api menjadi tanda kehadiran Tuhan. Misalnya, semak yang terbakar di Gunung Sinai, tiang api di padang pasir, lampu tabernakel, dan api pengorbanan di altar bait suci di Yerusalem. 


Orang Kristen mula-mula secara alami telah memandang nyala api baru sebagai simbol kehadiran Tuhan yang telah bangkit, yang diasosiasikan pula sebagai Sang Tiang Api Baru, dengan menyandarkan pada kisah keluarnya bangsa Israel dari Mesir yang dituntun Allah melalui Tiang Api. 


Melalui simbol api, khususnya “api baru”, Gereja ingin menghadirkan lambang kehidupan kekal kita dalam Kristus. Api pada Lilin Paskah pun hendak merepresentasikan keilahian-Nya. Inilah api dari mana semua cahaya dinyalakan, api semangat kebangkitan Kristus.


c. Sumbu 
Sumbu pada lilin kerap tak tampak tetapi menjadi penghubung penting antara api yang membakar sumbu itu dengan fungsi api pada lilin yang menyala sebagai penerang. Sumbu pada lilin pun menjadi penghubung penting antara api dengan “badan” lilin yang terbakar habis agar lilin tetap bisa menyala karena membakar sumbu lilin yang semakin terbuka ketika api membakar “badan lilin”. Melalui simbolisasi ini, Gereja sebenarnya hendak menghadirkan simbol kemanusiaan Kristus yang direpresentasikan dengan sumbu pada Lilin Paskah.


d. Nyala Api
Apabila api pada Lilin Paskah hendak digunakan Gereja untuk menyimbolkan keilahian-Nya, tentu saja nyala api itu yang menghadirkan cahaya dapat digunakan sebagai lambang dari cahaya Yesus Kristus yang menerangi kita dalam kegelapan. Hal ini pun hendak mengingatkan kita pada Kebangkitan Kristus yang megah dan mulia, yang telah memberi kita terang, menebus kita dari dosa, dan mengalahkan maut. Selain itu, dengan segera nyala api pada Lilin Paskah akan mengingatkan kita pada simbol Kristus yang Bangkit, Sang Cahaya Sejati, Sang Terang Dunia. Untuk semakin memaknai simbolisasi nyala api, baik juga jika mencoba melihat kembali makna “kegelapan” gedung gereja pada awal Perayaan Vigili Paskah yang telah diulas pada bagian pertama.


Berkaitan dengan terang yang dipancarkan oleh nyala api Lilin Paskah, untuk semakin memaknai simbolisasi dari nyala api Lilin Paskah, tentu baik jika kita mengingat beberapa sabda Yesus berikut ini:


“Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh 8:12)


“Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan” (Yoh 12:46)


“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia” (Yoh 1:4)


“Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia” (Yoh 1:9).


Selain memberikan penegasan makna bahwa terang yang dipancarkan oleh nyala api Lilin Paskah itu berhubungan dengan Kristus Sang Terang Dunia, Sang Cahaya Sejati, beberapa kutipan sabda Yesus tersebut menggambarkan terang (yang dipancarkan dari nyala api) dalam hubungannya dengan Kristus dan hidup sejati. Hidup sejati yang dilukiskan dengan gambaran akan terang hanya dapat dialami di dalam Kristus Sang Terang Dunia, Sang Cahaya Sejati.


Itulah sebabnya dalam Upacara Pembaptisan imam akan menyerahkan sebatang lilin yang apinya akan dinyalakan dari api Lilin Paskah, yang tentu saja melambangkan Misteri Paskah yang agung, seraya mengatakan kepada orang yang baru dibaptis, 


“Kini Saudara telah bersatu dengan Kristus, Cahaya Dunia. Maka Saudara harus hidup sebagai putera cahaya dan menghayati iman dengan setia, sehingga pada saat Tuhan datang, saudara dapat menyongsong Dia bersama semua orang kudus dalam istana Bapa di surga” (Ritus Inisiasi Kristen untuk Orang Dewasa).


Terang adalah lambang iman, kebenaran, kebijaksanaan, keutamaan, rahmat, kehidupan ilahi, belas kasih, semangat doa, dan kehadiran kudus yang mengalir dari Kristus Sendiri.

Apa makna Lilin Paskah dalam Perayaan Paskah? 


Lilin Paskah senantiasa dikatakan menjadi simbol Kristus sendiri. Pertanyaannya, bagaimana mungkin sebuah lilin dapat menyimbolkan Kristus?


Dengan secara berturut-turut mencoba mencermati simbolisasi yang hendak dihadirkan Gereja melalui tindakan menggores dan menyentuh beberapa simbol pada Lilin Paskah yang disertai dengan rangkaian doa-doa pada Liturgi Cahaya di awal Perayaan Vigili Paskah, mendalami pula simbolisasi dari unsur-unsur bahan dan materi yang ada pada Lilin Paskah, dan kemudian memaknai satu per satu simbol gambar yang ada pada Lilin Paskah, serta akhirnya memadukan semua unsur yang telah kita cermati tersebut, sebenarnya kita sudah dapat memahami bagaimana sebuah lilin dapat menyimbolkan Kristus sendiri.


Jika kita memadukan seluruh unsur pada Lilin Paskah, yakni bahan lilin yang berasal dari lilin malam (simbol Kristus yang tidak berdosa yang dibentuk di dalam rahim Bunda-Nya), sumbu yang merepresentasikan kemanusiaan-Nya, api lambang keilahian-Nya, dan cahaya api yang didapat dengan membakar sumbu api yang kemudian melelehkan “badan lilin”, maka kita pun diingatkan Gereja pada figur Yesus Kristus sendiri yang karena kasih-Nya mengurbankan Diri-Nya. Ia yang berinkarnasi menjadi manusia oleh kuasa Roh Kudus dalam rahim Perawan Maria, Bunda-Nya dengan tujuan untuk menghadirkan keselamatan bagi kita yang terkungkung dalam maut dan dosa telah menuntaskan misi mulia-Nya lewat pengurbanan-Nya di kayu salib. Ia membiarkan Diri-Nya sebagai manusia “terbakar” oleh cinta Ilahi-Nya, membiarkan Diri-Nya dalam rupa manusia hancur, “meleleh”, demi paripurnanya tugas untuk menyelamatkan umat manusia, mengalahkan kuasa dosa, kegelapan, dan maut, dengan kemudian bangkit jaya menghadirkan Cahaya Sejati, Terang Dunia, yang hadir di tengah-tengah kita, umat-Nya, dan membawa kita kepada kehidupan dan keselamatan kekal, sebagaimana dahulu Tiang Api yang membawa bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan di Mesir.


Demikianlah, Lilin Paskah telah menyimbolkan Kristus sendiri, Sang Terang Dunia, yang bangkit bagi kita.


Mari kita pandang senantiasa Lilin Paskah senantiasa seraya memuji Kristus yang telah bangkit bagi kita. Selamat memaknai terus Kebangkitan Kristus yang demikian agung.

Sumber:
Intisari dan pengolahan oleh @willemturpijn

Comments

Popular posts from this blog

Misteri 153 Ikan dalam Penampakan Yesus

Ternyata Ini Lho 7 Hal di Balik Hari Komunikasi Sedunia oleh Gereja!

Mengenal Pesta Stigmata St. Fransiskus Asisi yang Dirayakan Hari Ini