Pengalaman Menemukan Kehadiran Tuhan
Injil Markus 16 :9-15
Yesus terangkat ke sorga
9 Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan.
10 Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis.
11 Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya.
12 Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota.
13 Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya.
14 Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya.
15 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.
Gereja adalah Misioner
Para murid tidak kuasa menahan diri untuk memberikan kesaksian tentang apa yang dilihatnya. Para saksi, mulai dari para murid, mereka ini seperti orang yang tidak lagi memiliki rasa takut dan lelah, seakan-akan tidak lagi untuk dirinya sendiri. Mereka keluar, mereka yakini diutus menyampaikan kebenaran yang dilihat dan dipercayai. Gereja pada hakikatnya misioner. Karena iman-nya, ia melihat kebenaran dan tidak tahan untuk tidak membagikannya.
Injil mengisahkan untuk sampai pada iman yang misioner adalah suatu proses. Percaya adalah suatu proses bertahap. Ini sangat ditentukan oleh pengalaman di dalam hidupnya. Saat ini ada banyak tenaga medis yang seakan-akan tidak peduli dengan dirinya. Dengan keterbatasan alat, terus melayani pasien.
Kehadiran Tuhan dalam Keheningan
Ia menuliskan, “Momen ini terjadi pada saya. Saya adalah seorang tenaga medis yang memeriksa dan merawat pasien. Ternyata, tanpa saya duga tertular COVID-19. Karena arus kesibukan saya pindah dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain. Dari klinik satu ke klinik yang lain. Setiap hari dari jam 06.30-22.00. Saya kurang waktu untuk diri saya sendiri, untuk keluarga, dan untuk Tuhan. Saya paling hanya berdoa dan renungan pagi dari beberapa medsos. Terkadang doa malam saat akan tidur. Singkat kata karena COVID-19, saya menjadi pasien, harus diopname dan diisolasi. Gejala dan keluhan saya panas, hilang penciuman, hilang rasa, nafsu makan menurun, batuk-batuk, dan radang paru-paru. Dalam kegalauan, kesendirian, putus asa dan depresi dalam ruang isolasi…karena secara medis saya tahu persis bahaya dan risiko dari yang saya alami. Kebiasaan saya dari pagi sampai malam mendadak berhenti. Saya diharuskan diam tanpa komunikasi. Dalam kesesakan stres dan depresi, saya temukan jawaban. Satu-satunya yang bisa saya hubungi saat ini adalah Tuhan. Dari pagi sampai malam, saya isi dengan doa, renungan, Rosario, novena. Di saat itu juga terjadi sapaan Tuhan Yesus sehingga kegalauan dan depresi yang saya alami berubah menjadi ketenangan dan damai karena mempunyai Tuhan. Tuhan ada di samping saya, selalu mendampingi saya, saya berkomunikasi terus dengan Tuhan sepanjang hari. COVID-19 di dalam tubuh, membuka mata saya akan kehadiran Tuhan. Karena itulah saya diberikan anugerah dilepas dari sakit ini. Pada tanggal 6 April, saya dinyatakan negatif.”
Saya memohon kepada Anda semua, pandai-pandailah melihat kehadiran Tuhan yang bangkit dalam hidup Anda.
Percaya Akan Tuhan yang Bangkit
Saat mendengarkan injil waktu melihat Maria Magdalena menangis melihat kubur kosong, ia tidak tahu harus berbuat apa, ia belum mengenal kebangkitan saat itu. Tetapi yang ia tahu bahwa Yesus telah mengusir kuasa jahat dari dirinya. Maria Magdalena karena rasa kedekatan dan syukurnya, ia dimampukan untuk menemui dan melihat Tuhan.
Kebenaran dari apa yang ia temui, menjadikan Maria pewarta. Maria Magdalena lalu menjadi pewarta kepada para Rasul dan para murid yang setiap hari selama tiga tahun bersama Yesus. Tetapi, mereka belum mampu percaya. Di dalam Katekismus kita, percaya artinya kita menaklukkan akal budi dan seluruh diri kita di hadapan kebenaran Ilahi. Kebenaran inilah bukan sekedar kebenaran historis masa lampau. Yesus yang bangkit adalah pula pengalaman.
Kehadiran Tuhan dalam Pengalaman Iman
Setiap murid mengalami perjumpaan dengan cara bermacam-macam. Kita juga bisa memilih meragukan Tuhan karena kondisi sekarang. Pada kondisi ini, dimana Tuhan? Betulkah ada Tuhan?
Tapi ada orang pula yang justru dalam situasi ini terbuka hati dan mata, akal budinya, melihat Tuhan yang bangkit. Pengalaman-pengalaman inilah yang mendasari kita untuk bersaksi.
Banyak relawan terjun di tengah masyarakat. Dalam kesulitannya sendiri masih berbagi pada orang lain. Tetapi ada pula orang yang memiliki tatapan heran ketika melihat bagaimana bisa ada orang yang seperti itu?
Ada pula pertanyaan dimana para romo, biarawan, biarawati ada dimana dalam kondisi musibah ini? Apakah sembunyi menyelamatkan dirinya? Pertanyaan yang tajam sekali.
Tetapi dalam kenyataan bahwa memang pengalaman iman bukan dari status orangnya. Pengalaman iman adalah sebuah proses menaklukkan akal budi dan hati kita di hadapan kebenaran Allah dalam pengalaman sehari-hari. Akhirnya, Yesus menampakkan diri terhadap semua murid dan kita semua adalah saksi-saksi kebenaran itu. Semoga kita disemangati dan selalu disentuh oleh kehadiran Tuhan. Tentu saja, pengalaman melihat kehadiran Tuhan dalam kegiatan dan kehidupan kita sehari-hari, itulah dasar kesaksian kita. Relasi kita dan Yesus, mendasari seluruh misi kehidupan kita.
Pertanyaannya, bagaimana pengalaman iman yang membantumu menemukan kebenaran dan kehadiran Tuhan?
Sumber:
Homili Sabtu dalam Oktaf Paskah oleh RD. Agustinus Tri Budi Utama pada 18 April 2020 dalam YouTube Ayom Rahwana (verbatim oleh @williamcahyawan)
Homili Sabtu dalam Oktaf Paskah oleh RD. Agustinus Tri Budi Utama pada 18 April 2020 dalam YouTube Ayom Rahwana (verbatim oleh @williamcahyawan)
Comments
Post a Comment