Pekan Suci dan Maknanya bagi Umat Katolik


Dalam Liturgi Gereja Katolik sebelum Paskah Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, umat Katolik mempersiapkan diri selama Masa Prapaskah. Pada minggu terakhir Prapaskah, umat Katolik memasuki minggu yang disebut dengan Minggu Suci atau Pekan Suci, yang dimulai dari Minggu Palma, kemudian Kamis Putih, Jumat Agung, Vigili Paskah, dan Minggu Paskah. Periode Kamis Putih, Jumat Agung, dan Vigili Paskah disebut dengan Tri Hari Suci.


Pekan Suci

Masa Prapaskah terdiri dari 6 pekan. Hari Minggu Prapaskah VI dikenal sebagai Hari Minggu Palma yang mengawali Pekan Suci. Dalam Liturgi Romawi, Pekan Suci sudah dikenal sejak abad III sebagai perluasan atau perpanjangan saat sengsara Tuhan yang khususnya dirayakan pada Jumat Agung dan Sabtu Suci. Menurut pola atau contoh tradisi Gereja di Yerusalem, hari-hari dalam Pekan Suci dimaksudkan untuk merenungkan secara khusus tahap-tahap dan hari-hari akhir hidup yang memasuki masa sengsara-Nya. Dengan demikian, dalam Pekan Suci, kita mau merayakan dan menghayati hari-hari terakhir hidup Yesus sesudah memasuki kota Yerusalem dan sebelum memasuki penderitaan-Nya di salib.

Dalam pengaturan yang baru, Pekan Suci meliputi hari Minggu Palma, hari Senin sampai dengan Kamis dalam Pekan Suci. Pekan Suci berlangsung mulai dari Vesper (ibadat sore) hari Minggu Palma dan berakhir pada ibadat siang Kamis dalam Pekan Suci. Tampaknya, hingga abad V, hari Senin, Selasa, dan Rabu dalam Pekan Suci ini tidak diadakan perayaan Ekaristi, tetapi hanya Ibadat Sabda yakni untuk merenungkan kisah sengsara Yesus.

Dalam Pekan Suci Gereja merayakan misteri keselamatan yang diwujudkan Kristus pada hari-hari terakhir hidup-Nya, sejak Ia sebagai Al Masih memasuki Yerusalem.

Masa Prapaskah berlangsung sampai dengan Kamis pekan ini. Dengan ekaristi Perjamuan Malam Terakhir mulailah ketiga Hari Paskah, yang meliputi Jumat Agung dan Sabtu Paskah, dan me-muncak dalam perayaan Malam Paskah dan berakhir dengan ibadat sore Minggu Paskah.

“Hari-hari Pekan Suci, dari Senin sampai dengan Kamis, diutama-kan di atas semua Hari Raya”. Baptis dan krisma tak boleh diberi-kan pada hari-hari ini.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 27)


Minggu Palma

Pekan Suci mulai pada Minggu Palma, yang menghubungkan perayaan kemenangan Kristus Raja dengan pewartaan penderita-an-Nya. Pengaitan kedua aspek misteri Paskah ini harus menjadi jelas dalam perayaan dan katekese.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 28)


Tujuan Minggu Palma pada hakikatnya adalah “memperingati sengsara Kristus mulai dari peristiwa Kristus masuk kota Yerusalem sebagai Almasih” (Pedoman Tahun Liturgi no.31). 

Gereja merayakan masuknya Kristus ke Yerusalem untuk menggenapi misteri Paskah, ketika menurut Kitab-Kitab injil, Yesus dengan rendah hati menaiki seekor keledai masuk ke Yerusalem. Hal ini mengingatkan kita akan prosesi kemenangan Daud dan rakyat meletakkan daun-daun palma di hadapannya.

Pada hari ini, sebua prosesi dengan daun-daun palma (atau ranting-ranting pohon berdaun lainnya, misal daun zaitun) berlangsung di banyak paroki. Ranting-ranting ini diberkati oleh imam.

Sejak dahulu kala masuknya Kristus ke Yerusalem diperingati dalam prosesi meriah. Dengan ini kaum kristiani menjalani peristiwa ini dan menyertai Tuhan, seperti anak-anak Ibrani yang menyongsong-Nya dan menyerukan “Hosana”

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 29)


Trihari Paskah

Trihari Paskah adalah PUNCAK TAHUN LITURGI. Perayaan Trihari Paskah dimulai dengan Perayaan Ekaristi Kamis Putih pada sore/malam hari, hingga puncaknya pada Malam Paskah dan berakhir dengan ibadat sore pada hari Minggu Paskah.

Gereja merayakan misteri terbesar penebusan manusia setiap tahun pada trihari yang berlangsung dari Misa Perjamuan Malam Terakhir pada Kamis Putih sampai dengan ibadat sore Minggu Paskah. Kurun waktu ini selayaknya bernama: “Trihari Penyaliban, Pemakaman dan Kebangkitan Kristus”; juga disebut “Tri Hari Paskah”, karena di dalamnya dipentaskan dan diwujudkan misteri Paskah, artinya, peralihan Tuhan dari dunia ini kepada Bapa. Oleh perayaan misteri ini, dalam tanda liturgis dan sakramental Gereja disatukan secara mesra dengan Kristus, Mempelainya.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 38)

Satu hal yang sangat penting, seluruh perayaan Trihari Paskah ini sebenarnya bukan perayaan-perayaan yang terpisah dan berdiri sendiri. Trihari Paskah merupakan SATU PERAYAAN karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus dalam Roh Kudus, yang berpuncak dalam wafat dan kebangkitan Kristus.


Kamis Putih

Dengan Misa petang Kamis Putih “Gereja mengawali Tri Hari Suci Paskah dan memperingati Perjamuan Malam Terakhir; pada malam Kristus dikhianati, karena cinta akan orang-orangnya yang di dunia, Ia mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam rupa roti dan anggur kepada Bapa dan para Rasul sebagai makanan dan minuman dan menugaskan mereka serta para penggantinya dalam imamat, juga mempersembahkannya sebagai kurban”.

Perhatian sepenuhnya harus diberikan kepada misteri-misteri yang peringatannya dirayakan dalam Misa ini: pengadaan ekaristi dan imamat serta perintah kasih persaudaraan; itulah yang juga harus menjadi bahan homili hari ini.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 44-45)

Kekayaan perayaan hari Kamis Putih adalah saat Tuhan Yesus mengadakan Perjamuan Malam Terakhir, saat Tuhan menetapkan dan mewariskan kepada kita Ekaristi Kudus. 

Gereja juga mengenang Sakramen Imamat dan rahmat communion yang berdasarkan kasih Allah sendiri. Semangat kasih dan pelayanan terutama ditampakkan dalam upacara pembasuhan kaki. 

Pada hari ini sesuai dengan tradisi diadakan pencucian kaki pada pria-pria yang terpilih; maksudnya ialah untuk menunjukkan semangat pelayanan dan kasih Kristus yang datang, “tidak untuk dilayani, melainkan untuk melayani”. Kebiasan ini hendaknya dipertahankan dan maksudnya diterangkan kepada kaum beriman.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 51)

Pembasuhan kaki bermakna kasih dan pelayanan yang merefleksikan kisah Yesus yang membasuh atau mencuci kaki dari keduabelas murid-Nya. Bagaikan seorang hamba yang mencuci kaki tuannya, demikianlah Yesus memberikan pelayanan ini kepada murid-murid-Nya.

Dilanjutkan dengan acara Perjamuan Terakhir atau makan malam terakhir dari Yesus bersama murid-murid-Nya. Yesus mengambil roti tidak beragi, kemudian memecah-mecahkan roti itu dan membagikannya kepada keduabelas murid-Nya sebagai lambang dari tubuh Yesus yang tak berdosa, namun harus dikorbankan untuk menebus dosa manusia. Kemudian Yesus menuangkan anggur ke dalam cawan untuk dibagikan kepada keduabelas murid-Nya sebagai lambang dari darah Yesus yang harus dicurahkan untuk menebus dosa manusia.


Lonceng didentangkan saat Gloria (karena Masa Prapaskah telah berakhir), sesudah itu tidak ada lagi suara lonceng hingga Malam Paskah (lih. Dokumen Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 50).

Sesudah perayaan Ekaristi, diadakan proses dan tuguran di hadapan Sakramen Mahakudus (yang ada di Sibori, bukan di Monstrans). 

Setelah doa penutup diadakan prosesi. Sakramen Mahakudus dibawa melalui gereja ke tempat penyimpanan; pembawa salib terdepan, diikuti pembawa lilin dan dupa; Madah “Pange lingua” atau nyanyian ekaristis lain dinyanyikan. Pemindahan Sakramen Mahakudus tidak dilaksanakan, bila keesokan harinya pada Jumat Agung tidak diadakan perayaan Sengsara dan Wafat Kristus.

Sakramen Mahakudus ditempatkan dalam tabernakel yang kemudian ditutup. Pentakhtaan dengan monstrans tak diperkenan-kan. Tempat penyimpanan tak boleh berbentuk “makam suci”; hendaknya juga dihindari ungkapan “makam suci”; tempat pe-nyimpanan tidak dimaksudkan untuk menunjukkan pemakaman Tuhan, melainkan untuk menyimpan hosti suci untuk komuni pada Jumat Agung.

Kaum beriman hendaknya diajak untuk setelah Misa Kamis Putih mengadakan adorasi malam di hadapan Sakramen Maha-kudus dalam gereja. Dalam pada itu dapat dibacakan sebagian dari Injil Yohanes (bab 13-17). Adorasi ini setelah tengah malam tanpa upacara, karena hari Sengsara Tuhan sudah mulai.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 54-56)

Berbeda dari adorasi biasanya, tuguran pada Kamis Putih berfokus pada renungan akan Tuhan Yesus yang memasuki kisah sengsara-Nya, mulai di Getsemani, ditangkap, diadili, dan seterusnya. 

Setelah Misa altar ditutupi. Salib-salib bila mungkin diselbungi dengan kain merah atau ungu, bila tidak sudah terjadi Sabtu sebelum Minggu Prapaskah ke 5. Di depan gambar para Kudus tak boleh dinyalakan lilin.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 57)


Jumat Agung



Pada hari ini, waktu Kristus, domba kurban kita dikurban-kan, Gereja merenungkan Sengsara Tuhan dan Mempelainya dan menyembah Salib-Nya; dalam pada itu ia merenungkan asal-usulnya dari luka sisi Kristus yang wafat pada salib dan berdoa bagi keselamatan seluruh dunia.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 57)

Pada Jumat Agung, kita merenungkan misteri sengsara dan wafat Yesus. Fokus pada perayaan ini adalah perayaan Sabda yang berisikan kisah sengsara menurut Yohanes dan doa umat meriah, lalu penghormatan Salib, dan penerimaan komuni (selanjutnya lihat Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 66-70)
Tata perayaan Sengsara dan Wafat Kristus yang berasal dari tradisi kuno Gereja, (yakni: ibadat Sabda, penghormatan salib, perayaan komuni) harus diadakan dengan tepat dan setia, dan tak boleh diubah sesukanya.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 64)

Tidak adanya perayaan Ekaristi pada hari Jumat Agung sudah menjadi tradisi kuno. Tampaknya, praktik ini dipengaruhi oleh tradisi Gereja Timur yang hanya merayakan Ekaristi pada hari Sabtu dan Minggu saja selama Masa Prapaskah. Hari lain termasuk hari Jumat, hanya menerima Hosti Suci dari hari Minggu tersebut.

Menurut tradisi kuno pada hari ini Gereja tidak merayakan Ekaristi; komuni suci dibagikan kepada kaum beriman hanya selama perayaan Sengsara dan Wafat Kristus, tetapi mereka yang sakit yang tak dapat mengikuti perayaan ini, dapat menerimanya pada setiap saat.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 58)

Hari Jumat Agung, dan jika mungkin Sabtu Suci, hingga upacara Malam Paskah, seluruh Gereja merayakan Puasa Paskah Suci. 

Jumat Agung di seluruh Gereja harus dijalani sebagai hari tobat, dan puasa serta pantang diwajibkan.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 60)

Puasa Prapaskah pada kedua pertama hari-hari ini adalah puasa suci; Gereja berpuasa, menurut tradisi kuno, “karena mem-pelainya diambil daripadanya”. Pada Jumat Agung puasa dan pantang harus diadakan di mana-mana; juga dianjurkan untuk meneruskannya pada Sabtu Paskah, sehingga Gereja dengan hati gembira dan terbuka mencapai sukacita Kebangkitan Tuhan.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 39)


Perayaan Jumat Agung atau “Good Friday” bermakna penderitaan dan pengorbanan yang merefleksikan kisah Yesus yang dihadapkan pada pengadilan yang penuh konflik dan intrik atas tuduhan yang penuh rekayasa. 

Bagaikan seorang kriminal yang menjadi sampah masyarakat dan pemberontak yang menjadi musuh negara, Yesus harus menderita sengsara dengan siksaan badani sebelum akhirnya harus menjalani hukuman mati dengan cara disalibkan bersama dengan penjahat di sisi kiri dan kanan salib Yesus. Gereja berduka atas kematian Kristus, menghormati Salib, dan mengagumi kehidupan-Nya atas ketaatan yang Ia perbuat sampai mati. 

Misa tidak dirayakan, Ekaristi tidak disucikan, komuni berlangsung dari Hosti yang tersisa dari Kamis Putih. Ruangan Gereja dikosongkan dari berbagai benda perhiasan, termasuk kain penutup altar dan lilin-lilin, sebagai tanda penghormatan. Bejana air suci dikosongkan.

Perayaan sakramen-sakramen pada hari ini juga dilarang keras, kecuali sakramen tobat dan orang sakit. Pemakaman diadakan tanpa nyanyian, orgel dan lonceng.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 61)

Pada hari ini, Jalan Salib seringkali didoakan di dalam atau di luar gedung Gereja. Perayaan Liturgi Penderitaan Tuhan dilakukan pada sore hari. 

Perayaan Sengsara dan Wafat Kristus diadakan siang menjelang jam 15.00. Karena alasan pastoral dapat ditentukan waktu lain, yang memudahkan umat berkumpul, misalnya langsung setelah siang atau petang, tetapi tidak sesudah jam 21.00.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 63)

Imam mengenakan jubah merah. 

Imam dan asistennya pergi dengan diam ke altar, tanpa nyanyian. Bila perlu diadakan pengantar, hendaknya hal ini diadakan sebelum imam masuk. Imam dan asistennya tunduk di depan altar dan menelungkupkan diri. Ritus ini khas bagi Jumat Agung dan hendaknya dipertahankan, baik karena sikap rendah hati pantas bagi manusia”, maupun mengungkapkan kedukaan Gereja. Kaum beriman berdiri selama masuknya imam dan setelahnya berlutut dan hening sejenak dalam doa.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 64)

Bila seorang Uskup memimpin atau membantu memimpin ibadat, ia menggunakan sebuah mitra satu lapis.

Setelah perayaan altar dilucuti, tetapi salib dan keempat kandelar dibiarkan. Dalam gereja dapat disediakan tempat bagi salib (misalnya di kapel, di mana pada hari Kamis Putih Sakramen Mahakudus disimpan), di mana kaum beriman menghormatinya dan mengucupnya dan meluangkan waktu untuk merenung.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 71)


Sabtu Suci/Sabtu Sunyi/Sabtu Suci/Sabatum Magnum

Dirayakan dalam keadaan sunyi dengan doa yang memperingati Kristus yang telah wafat dan berada di dalam kubur. 

Pada hari Sabtu Paskah Gereja tinggal di makam Tuhan, merenungkan Penderitaan, Wafat dan turun-Nya ke alam maut dan menantikan Kebangkitan-Nya dengan puasa dan doa. Amat dianjurkan, untuk merayakan ibadat bacaan dan ibadat pagi bersama jemaat (bdk. no.40). Di mana hal ini tak mungkin, hendaknya diadakan ibadat Sabda atau kebaktian yang sesuai dengan misteri hari ini.

Gambar Kristus – pada salib, beristirahat di makam atau turun ke alam maut -, yang menjelaskan misteri Sabtu Paskah, atau juga gambar Bunda berduka, dapat dipasang dalam gereja untuk dihormati kaum beriman.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 73-74)

Misa tidak diselenggarakan. Untuk berjaga-jaga apabila ada kematian, hosti Ekaristi yang tersisa dari Liturgi-Liturgi dalam dua hari sebelumnya digunakan sebagai viaticum.

Pada hari ini Gereja tak merayakan Kurban Misa. Komuni suci hanya dapat diberikan sebagai bekal suci. Perayaan sakramen perkawinan dan sakramen-sakramen lain, kecuali sakramen tobat dan orang sakit, tak boleh diberikan.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 75)

Tabernakel dibiarkan kosong dan terbuka. Lampu atau lilin yang biasanya diletakkan di sebelah Tabernakel yang melambangkan Kehadiran Kristus dipadamkan, dan Ekaristi disimpan di tempat lain, biasanya di Sakristi, dengan lampu atau lilin yang menyala di depannya. 


Vigili Paskah

Sejak semula Gereja menjalani Paskah tahunan, hari raya tertinggi, dalam perayaan malam. Karena Kebangkitan Kristus ada-lah dasar iman kita dan harapan kita; oleh baptis dan krisma kita dimasukkan ke dalam misteri Paskah: mati bersama Dia, kita dimakamkan bersama Dia, dibangkitkan bersama Dia dan akan berkuasa bersama Dia juga. Tirakatan ini juga ditujukan kepada penantian kedatangan Tuhan kembali.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 80)


Malam Paskah disebut induk semua vigili (St. Agustinus). Pada malam ini, Gereja berjaga menantikan kebangkitan Kristus. 

Malam Paskah menurut tradisi kuno adalah “malam tirakatan (vigili) bagi Tuhan”; tirakatan yang diadakan mengenang malam kudus Tuhan bangkit dan karena itu dipandang sebagai “induk semua tirakatan. Di malam ini Gereja menantikan dalam doa Kebangkitan Tuhan dan merayakannya dengan Sakramen Baptis, Krisma dan Ekaristi.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 77)

Maka perayaan Malam Paskah harus diadakan pada malam hari (lih. (Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 78). Malam Paskah merupakan puncak dari segala perayaan Liturgi Gereja, maka hendaknya diadakan semeriah mungkin dengan segala kemungkinannya. 

Malam Pesta Paskah yang dijalani orang-orang Ibrani dalam menantikan peralihan Tuhan yang membebaskan mereka dari per-budakan firaun, dijadikan kenangan tahunan akan peristiwa ini; ia adalah gambar yang mewartakan Paskah sejati Kristus, sekaligus gambar pemerdekaan sejati: “Kristus mematahkan rantai kematian dan naik dari alam maut sebagai pemenang”.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 79)

Malam Paskah mempunyai struktur sebagai berikut: Setelah perayaan cahaya pendek dan madah Paskah (Bagian I), Gereja Kudus merenungkan karya agung yang dilaksanakan Allah Tuhan pada umat-Nya sejak semula (Bagian II, ibadat Sabda), sampai ia bersama anggota-anggota baru yang dilahirkan kembali dalam baptis (Bagian III), diundang Tuhan ke meja yang disediakan-Nya bagi umat-Nya, sebagai kenangan akan wafat dan Kebangkitan-Nya, sampai ia datang kembali (Bagian IV). Urutan tata perayaan ini tak boleh diubah atas kuasa sendiri.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 81)

1.     Liturgi Cahaya dan Pujian Paskah (Exsultet)

Terdiri dari berbagai tindakan simbolis, diantaranya dengan pemberkatan api baru, penyalaan Lilin Paskah, penyalaan lilin umat dari Lilin Paskah, dan Exsultet.

Lilin Paskah demi kesungguhan tanda, harus sungguh lilin dari malam dan setiap tahun lilin baru; hanya boleh dipakai satu lilin Paskah, cukup besar tetapi tak pernah boleh buatan, agar dapat menjadi tanda bagi Kristus, yang adalah cahaya dunia. Ia diberkati dengan tanda dan kata yang ditetapkan dalam buku misa yang dapat diganti oleh Konferensi Waligereja dengan yang lain.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 82)

Dengan prosesi… diterangi hanya oleh cahaya lilin Paskah. Seperti putra-putra Israel di malam dibimbing oleh tiang api, demikian pula orang-orang kristiani pada gilirannya mengikuti Kristus dalam kebangkitan-Nya. Dalam prosesi itu jawaban umat “Syukur kepada Allah” dapat ditambah-kan seruan untuk menghormati Tuhan. Dari lilin Paskah cahaya dibagikan kepada lilin-lilin yang dibawa semua, sementara cahaya listrik masih belum dinyalakan.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 83)

Exsultet adalah madah nyanyian Pujian Paskah, menyanyikan misteri Paskah dalam kata-kata puitis, tertampung dalam seluruh sejarah keselamatan, (selanjutnya lih. Dokumen Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 84);

2.     Liturgi Sabda

dengan tujuh bacaan dari Perjanjian Lama, yakni dari Taurat dan kitab para Nabi, yang sebagian besar berasal dari tradisi kuno Timur dan Barat, dan dua bacaan dari Perjanjian Baru, satu bacaan surat Rasul dan Injil (lih. Dokumen Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 85). Demikianlah Gereja menjelaskan misteri Paskah Kristus “dengan berpangkal pada Musa dan semua Nabi” (lih. Dokumen Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 85).

Setelah bacaan Perjanjian Lama dinyanyikan gloria dan lonceng-lonceng dibunyikan, di mana lazim; lalu diikuti doa pembukaan dan orang beralih kepada bacaan-bacaan dari Per-janjian Baru. Sebagai epistola dibacakan nasihat Rasul Paulus tentang baptis sebagai inisiasi ke dalam misteri Paskah Kristus.

Semua berdiri dan dengan meriah imam menyanyikan aleluya, tiga kali dan setiap kali lebih tinggi, dan umat mengulanginya. Bila perlu, aleluya dinyanyikan pemazmur atau penyanyi; umat mengulanginya sebagai sisipan antara ayat-ayat mazmur 118 (117), yang begitu sering dipakai para Rasul dalam kotbah Paskah. Pemakluman Kebangkitan Tuhan dalam Injil merupakan puncak seluruh ibadat Sabda. Injil diikuti homili, meskipun pendek dan tak boleh diabaikan.

(Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 87)

3.     Liturgi Baptis atau Pembaharuan Janji Baptis

Bagian ketiga dari Perayaan Malam Paskah ialah Perayaan Baptis. Paskah Kristus dan Paskah kita kini dirayakan dalam sakramen. Hal ini diungkapkan sepenuhnya dengan pembaptisan, atau setidak-tidaknya pemberkatan air baptis (yang juga akan digunakan untuk memerciki umat), dan pemercikan umat dengan air baptis baru. (lih. Dokumen Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 88-89).

4.     Liturgi Ekaristi

Perayaan Ekaristi adalah bagian IV perayaan Malam Paskah dan juga puncaknya, karena Ekaristi adalah Sakramen Paskah, kenangan akan kurban salib Kristus, kehadiran Tuhan yang Bangkit, penyelesaian inisiasi ke dalam Gereja dan antisipasi pesta Paskah abadi (lih. Dokumen Perayaan Paskah dan Persiapannya Nomor 90).


Sumber:
KomSos Paroki Ratu Rosari Malang (verbatim oleh @williamcahyawan dan diolah kembali oleh @willemturpijn dengan beberapa pengayaan dari Dokumen Perayaan Paskah dan Persiapannya)

Comments

Popular posts from this blog

Misteri 153 Ikan dalam Penampakan Yesus

Ternyata Ini Lho 7 Hal di Balik Hari Komunikasi Sedunia oleh Gereja!

Mengenal Pesta Stigmata St. Fransiskus Asisi yang Dirayakan Hari Ini