Para Orang Kudus, Doakanlah Para Tenaga Medis!

Teruntuk…
para dokter,
para perawat,
para penyuluh,
dan seluruh tenaga medis,
Terima kasih atas jerih payah kalian,
Terima kasih atas perjuangan kalian di garda terdepan.

Ternyata sobat peziarah, sejak dahulu banyak pula Orang Kudus yang memiliki profesi sebagai dokter dan perawat selama masa hidupnya. Mereka adalah tenaga medis profesional. Berikut adalah tujuh di antaranya:

1. St. Anthony Nguyễn Hữu Quỳnh (1768-1840):

Ia adalah seorang prajurit, suami, ayah, dokter, dermawan, katekis, dan martir. Sepanjang karir medisnya ia merawat orang miskin secara gratis, dan dengan kemurahan hatinya, ia merawat orang sakit selama wabah kolera.

Tidak hanya itu, ia juga membayar obat-obatan yang mereka butuhkan. St. Quỳnh juga meminta izin kepada Uskupnya untuk melakukan pengangkatan dirinya sebagai katekis di desanya, menjadi kepala bagi kehidupan religius di kala kehilangan kehadiran Imam. 

Ketika St. Quỳnh ditangkap pada usia 72 tahun, ia terus berlatih meramu obat-obatan di penjara, memberikan resep obat-obatan yang menyembuhkan istri sipir penjara, dan merawat para pejabat yang menganiayanya, serta para tahanan lain. Ketika ia akan di-eksekusi, ia berterima kasih kepada Tuhan atas karunia kemartiran — dan menghisap sebatang rokok terakhir sebelum akhirnya mati sebagai martir.

2. St Maria Bertilla Boscardin (1888-1922):

Ia bukanlah orang terlalu cerdas. Ia seringkali diejek oleh keluarga, teman sekelas, dan bahkan pastornya. 

Tetapi ia memiliki sikap religiusitas yang luar biasa. Meskipun St. Boscardin kurang cerdas dan buta huruf, ia adalah seorang perawat yang mengagumkan. 

Anak-anak yang liar dan sangat nakal, hampir semua langsung tenang di hadapannya. Dia pemberani sekaligus baik dan berbakat; ketika serangan udara mengancam rumah sakit dalam Perang Dunia I, St. Boscardin bersikeras untuk tetap bersama pasien yang tidak bisa dipindahkan. 

Pada satu titik, seorang atasan yang cemburu memindahkannya ke bagian binatu. Dalam waktu empat bulan, St. Boscardin telah kembali ke rumah sakit dan diangkat menjadi pengawas lingkungan. Dia menjabat sebagai perawat (terlepas dari penilaian dan kecemburuan orang lain) sampai dia meninggal karena kanker pada usia 34.

3. Bl. Liduina Meneguzzi (1901-1941):

Ia adalah seorang perawat Salesian di rumah sakit Ethiopia. Sejak hari kedatangannya, orang-orang (dari segala ras dan agama) tertarik padanya. Hal ini dikarenakan mereka menyadari bahwa dia peduli pada mereka. 

Ketika pemboman dimulai selama Perang Dunia II, namanya ada di bibir setiap pasien, terucap dari mulut mereka. Selama pemboman terburuk, ketika orang lain melarikan diri atau bersembunyi, Meneguzzi terlihat membawa orang-orang yang terluka ke tempat berlindung, membaptis anak-anak yang sekarat, dan membantu orang Kristen yang sekarat untuk melakukan tindakan penyesalan. Meskipun dia selamat dari pemboman itu, Meneguzzi kemudian meninggal karena kanker jauh sebelum perang usai.

4. Bl. Artemide Zatti (1880-1951):

Ia  adalah seorang apoteker dan administrator rumah sakit Italia. Seorang saudara Salesian, Zatti ditugaskan untuk merawat seorang imam yang menderita tuberculosis.

Saat Zatti kemudian terlibat dalam proses perawatan, Imam tersebut mengalami kesembuhan secara ajaib. Meskipun tidak memiliki gelar, Artemide menjalankan apotek di rumah sakit tempat dia ditugaskan dan secara bertahap mulai merawat pasien. 

Dia membuat rumah sakit sepenuhnya dibangun kembali dan dilengkapi dengan peralatan terbaru, semua dengan mengendarai sepedanya pergi sekitar kota untuk meminta sumbangan. 

Akhirnya Artemide dapat memperoleh gelar sebagai apoteker. Walau begitu, ia masih bangun pukul 4.30 setiap hari untuk menghabiskan pagi hari dalam doa, mengendarai sepedanya di sekitar kota untuk mengunjungi orang sakit, dan mengunjungi pasien yang sakit ketika dipanggil di malam hari — hingga pada akhirnya ia menjadi administrator utama di rumah sakit tempatnya bekerja.

5. Servant of God Takashi Nagai (1908-1951):

Ia menjabat sebagai ahli bedah dalam Perang Tiongkok-Jepang. Hal iniyang mengajarinya untuk bekerja cepat di tengah kekacauan. Setelah perang, ia menyelesaikan pelatihan medisnya dan menjadi ahli radiologi, tetapi dipanggil kembali ke tempat perperangan ketika serangan udara menghantam Nagasaki. 

Pada 9 Agustus 1945, Nagai bergegas ke jalan-jalan, setelah bom atom menghantam. Selama berhari-hari, ia melayani ribuan orang yang terluka parah, namun tidak mengetahui bahwa istrinya telah terbunuh dalam pemboman itu. Setelah menerbitkan beberapa buku puisi, Nagai akhirnya meninggal karena keracunan radiasi.

6. Bl. Maria Troncatti (1883-1969):

Ia  adalah seorang Suster Salesian yang melayani dengan menjadi perawat di Italia dalam Perang Dunia I. Setiap hari, ia berurusan dengan kehancuran yang ditimbulkan oleh tentara. 

Setelah itu, dia berlayar ke Ekuador, di mana kunjungan pertamanya adalah menuju hutan , ia dipaksa untuk melakukan operasi pada seorang wanita pribumi yang terluka. 

Ajaibnya, Troncatti berhasil dan setelah memenangkan kepercayaan masyarakat, ia menghabiskan 45 tahun berikutnya menjadi pelayanan dan melakukan pengajaran iman di hutan sambil memberikan perawatan medis dan melatih para perawat asli tempat tersebut.

7. Venerabilis Giuseppe Ambrosoli (1923-1987):

Ia adalah seorang imam Italia yang dikirim sebagai dokter misionaris ke Uganda. Di sana, dia mulai membangun rumah sakit, menggali batu dari tanah dengan dua tangannya sendiri, dan secara pribadi mengawasi proses pembangunan. 

Ia juga membangun sekolah kebidanan, kemudian kembali ke Eropa hanya untuk pelatihan dan penggalangan dana. Karyanya di Uganda dilakukan di kala Uganda dilanda kekurangan sumber daya, termasuk kelangkaan darah, yang disumbangkan Ambrosoli sendiri jika memungkinkan. 

Daya tahan Ambrosoli sangat mencengangkan ketika dia bekerja selama berhari-hari yang tak terbayangkan, tetapi dia akhirnya kelelahan dan meninggal pada usia 63. Ia akan dibeatifikasi pada bulan November tahun ini.



Para Orang Kudus Allah, doakanlah para tenaga medis yang sedang berjuang di garda terdepan. Berikan mereka kesehatan dan semangat, serta tenaga untuk terus berjuang dan menolong sesama yang menderita akibat pandemik virus Corona ini!

Dan kita juga berdoa meminta permohonan kepada Allah, Tuhan kita:

LITANI PERMOHONAN 
(Diambil dari terjemahan Teks Doa Adorasi & Berkat Urbi et Orbi Bersama Paus Fransiskus)

KAMI MENCINTAIMU, O TUHAN.

Allah yang sejati dan manusia yang sejati, sungguh hadir dalam sakramen Kudus ini

Kami mengasihimu, Tuhan
Juruselamat kami, Allah-bersama-kita, setia dan penuh belas kasihan

Kami mengasihimu, Tuhan
Raja dan Tuhan atas penciptaan dan sejarah

Kami mengasihimu, Tuhan
Pemenang dosa dan kematian

Kami mengasihimu, Tuhan
Teman bagi manusia, dibangkitkan dan hidup di sisi Bapa.
Kami mengasihimu, Tuhan 

KAMI PERCAYA PADA-MU, O TUHAN. 
Putra Tunggal Bapa, turun dari surga untuk keselamatan kita

Kami percaya Pada-Mu, ya Tuhan
Dokter surgawi, yang tunduk pada kesengsaraan kita
Kami percaya Pada-Mu, ya Tuhan 
Kurban Anak domba, yang Engkau tawarkan untuk menebus kami dari kejahatan

Kami percaya Pada-Mu, ya Tuhan
Gembala yang baik, yang memberikan kehidupan kepada kawanan yang Anda cintai 
Kami percaya Pada-Mu, ya Tuhan 
Roti Hidup dan Obat keabadian yang memberi kami kehidupan kekal

Kami percaya Pada-Mu, ya Tuhan 

BEBASKANLAH KAMI, O TUHAN. 
Dari kuasa Iblis dan godaan dunia 
Bebaskanlah Kami, ya Tuhan 
Dari kebanggaan dan anggapan dapat melakukan segala sesuatu tanpa-Mu.

Bebaskanlah Kami, ya Tuhan

Dari tipuan ketakutan dan kepedihan 
Bebaskanlah Kami, ya Tuhan 
Dari ketidakpercayaan dan keputusasaan 
Bebaskanlah Kami, ya Tuhan 
Dari kekerasan hati dan ketidakmampuan untuk mencintai

Bebaskanlah Kami, ya Tuhan 

SELAMATKAN KAMI, O TUHAN
Dari segala kejahatan yang menimpa kemanusiaan 
Selamatkan kami, ya Tuhan

Dari kelaparan, kekeringan dan keegoisan 
Selamatkan kami, ya Tuhan

Dari penyakit, epidemi dan ketakutan pada saudara 
Selamatkan kami, ya Tuhan

Dari kegilaan yang menghancurkan, kepentingan kejam dan kekerasan

Selamatkan kami, ya Tuhan

Dari penipuan, informasi palsu dan manipulasi hati nurani

Selamatkan kami, ya Tuhan 

KUATKANLAH KAMI, O TUHAN
Lihatlah gereja-Mu, yang menyeberangi padang pasir 
Kuatkanlah kami, ya Tuhan

Lihatlah kemanusiaan, ketakutan akan ketakutan dan kepedihan

Kuatkanlah kami, ya Tuhan

Lihatlah yang sakit dan yang sekarat, ditindas oleh kesepian

Kuatkanlah kami, ya Tuhan

Lihatlah dokter dan profesional kesehatan, mereka yang kelelahan

Kuatkanlah kami, ya Tuhan

Lihatlah politisi dan administrator, yang membawa beban keputusan.

Kuatkanlah kami, ya Tuhan 

BERILAH KAMI ROHMU, O TUHAN
Pada waktu pencobaan dan kebingungan 
Berilah kami Roh-Mu, Tuhan 
Dalam godaan dan kerapuhan 
Berilah kami Roh-Mu, Tuhan 
Dalam memerangi kejahatan dan dosa 
Berilah kami Roh-Mu, Tuhan 
Dalam pencarian akan kebenaran yang baik dan sukacita yang benar

Berilah kami Roh-Mu, Tuhan

Dalam keputusan untuk tinggal pada-Mu dan dalam persahabatan-Mu 
Berilah kami Roh-Mu, Tuhan 

BUKALAH KAMI UNTUK HARAPAN, O TUHAN. 
Jika dosa menindas kami 
Bukalah kami untuk harapan, ya Tuhan 
Jika benci menutup hati kami 
Bukalah kami untuk harapan, ya Tuhan 
Jika rasa sakit mengunjungi kami 
Bukalah kami untuk harapan, ya Tuhan 
Jika ketidakpedulian mendera kami 
Bukalah kami untuk harapan, ya Tuhan 
Jika kematian memusnahkan kami 
Bukalah kami untuk harapan, ya Tuhan 

Sumber:
Aleteia.com (dibahasakan kembali oleh @williamcahyawan)

Comments

Popular posts from this blog

Misteri 153 Ikan dalam Penampakan Yesus

Ternyata Ini Lho 7 Hal di Balik Hari Komunikasi Sedunia oleh Gereja!

Mengenal Pesta Stigmata St. Fransiskus Asisi yang Dirayakan Hari Ini